INDONESIA DAN ASWAJA



اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهٌ...

Segala puji milik Allah, Shalawat dan Salam bagi Rasul-Nya. Perkenankan kami berdiri di hadapan hadirin untuk Menulis dan belajar berpidato :-) menyampaikan paparan singkat bertajuk “Indonesia dan ASWAJA”, paparan ini kami harapkan mampu menggugah fikir dan nurani kita untuk bersama-sama mempertahankan dan mengembangkan paham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di negeri kita tercinta, mengingat maraknya berbagai paham radikal dan liberal belakangan ini. 

Hadirin yang dimulyakan Allah… 
Jika kita berkaca diri, kita akan dapati betapa unik dan istimewanya Islam di negeri ini. Setidaknya keunikan dan keistimewaan tersebut ada dalam 3 hal, pertama; meski secara geografis letak Indonesia berada pada posisi yang jauh dari negeri asal Islam yakni Jazirah Arab, namun dakwah Islamiyah bisa berjalan efektif di negeri ini, terbukti Islam dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia dan bahkan mencatatkan diri sebagai Negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di seluruh dunia. Kedua; meski tiga setengah abad dijajah negara kafir, terbukti Islam bisa tetap eksis di negeri ini. Tentu saja ini prestasi luar biasa, jika misalkan kita bandingkan dengan negeri Andalusia atau Spanyol. Delapan abad Islam berkuasa di Andalusia dengan menorehkan banyak sekali prestasi peradaban, tetapi akhirnya pada 2 Januari 1492 ia lepas dari genggaman umat Islam. Umat Islam terusir meninggalkan karya peradaban yang terampas. Ketiga; Islam datang ke Indonesia melalui cara-cara damai, jauh dari kekerasan, apalagi pertumpahan darah. Islam didakwahkan melalui aktifitas perdagangan, seni budaya, perkawinan dan juga melalui ajaran tasawuf. 

Hadirin Rahimakumullah…
Mengapa Islam di negeri ini bisa tetap eksis serta mengakar kuat dalam masyarakat? Di antara jawabannya adalah bahwa Islam yang berkembang di Indonesia adalah Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Suatu faham Islam moderat dengan karakteristik tawazun, tawassuth, tasamuh dan ta’adul. Suatu faham yang sejatinya diikuti mayoritas muslimin dunia sejak zaman Rasulullah hingga hari kiamat. Suatu faham yang sejatinya adalah Islam itu sendiri. Dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah 143 Allah berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Hadirin Rahimakumullah…
Islam ‘ala Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ditambah kebijaksanaan para penyebarnya menjadikan Islam di negeri ini memiliki kelenturan luar biasa, dan karenanya bisa demikian tahan banting. Sejarah mencatat bagaimana gending, tembang dolanan dan wayang telah menjadi media dakwah ampuh di tangan walisanga. Sejarah juga mencatat bagaimana akulturasi budaya dan islamisasi tradisi telah mampu membalik pranata social dari nuansa agama pagan ke nuansa agama samawi. Demikian deskripsi singkat metode dakwah luar biasa yang dipraktekkan para wali. Dan hasilnya seperti kita lihat, pelan tapi pasti masyarakat negeri ini beralih ke Islam. Dan hebatnya hal itu dilakukan masyarakat dengan sukarela, tanpa paksaan sama sekali. Allahu akbar. 

Hadirin Rahimakumullah…
Kita harus waspada, belakangan ini marak cara dakwah dengan model lain. Wajah sangar, cacian kasar, pengrusakan fasilitas dan bahkan ledakan bom. Cara-cara yang tidak hanya menakutkan bagi ahli ma’siyat tapi juga muslim ta’at. Tidak hanya membuat miris orang non muslim tapi juga sesama muslim. Padahal Allah telah memberi petunjuk kepada kita tentang metode dakwah yang tepat, melalui firmannya dalam Al Qur’an Surat An Nahl 125 yang berbunyi:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَ عَنْ سَبِيلِهِوَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ 

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Begitu pula Rasul telah mencontohkan bagaimana Dakwah Islamiyah dilaksanakan. Kisah Rasulullah dengan Da’tsur, dengan Suraqah dan banyak lagi lainnya sangat popular di telinga kita. Detail kehidupan Rasulullah termasuk dakwah yang beliau lakukan dapat kita baca dalam Sirah Nabawiyah. Jika kita mau mengkajinya kita akan dapati sosok yang lembut, santun, pemaaf dan jauh dari karakter kasar dan beringas.

Hadirin Rahimakumullah…
Kewaspadaan kepada harakah Radikal dapat kita lakukan di antaranya dengan mengarahkan dan membimbing putra-putri kita memilih organisasi keagamaan yang jelas-jelas beraqidah Asy’ariyah-Maturidiyah sebagai pemilik resmi label Ahlus Sunnah. Sebab belakangan ini banyak kelompok yang mengklaim sebagai Ahlus Sunnah padahal ajaran aqidahnya menyimpang. 

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan: pertama: Islam di Indonesia adalah unik dan istimewa, kedua: Islam yang tersebar di Indonesia adalah ASWAJA yang berkarakter tawazun, tawassuth, tasamuh dan ta’adul, ketiga: kita harus waspada terhadap maraknya Islam radikal belakangan ini, kita bimbing putra-putri kita memilih organisasi keagamaan yang beraqidah Asy’ariyah-Maturidiyah.

Demikian paparan ini, semoga ada manfaatnya. Jika terdapat kurang dan salah kami mohon maaf sebesar-besarnya.

وَاَخِيْرًا اَطْلُبُ مِنْكُمْ اَلْعَفْوَ اِنْ وَجَدْتُمْ مِنِّى اَلْخَطَآتِ وَاَقُوْلُ لَكُمْ :
 وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ...

Masih Ada Waktu Memperbaiki Diri (Taubatan-Nasuha)



Wahai sang tawanan dalam cengkraman kelengahan, wahai yang menggelepar karena mabuk oleh umur yang diberikan, wahai pengingkar janji, perhatikanlah dengan siapa engkau telah mengikat perjanjian di zaman azali (alam ruh), sebagian besar umur telah berlalu, sedang engkau selalu mencari-cari alasan. Wahai orang yang diseru untuk keselamatannya tapi ia lamban menanggapinya. Mengapa engkau lengah, sedangkan maut telah mendekat, seakan-akan engkau meremehkan air mata yang mengalir disaat kematian.

Wahai yang bila ditimpa kesulitan menjadi kalap, serahkan pengaturan hidupmu pada-Nya, niscaya engkau akan tenang. Engkau senantiasa mengeluh dan mengaduh sedangkan engkau sebelumnya telah melupakan pekerjaan yang besar. Jika engkau kembali pada-Nya dengan sepenuh hati, akan dipercepat untukmu jalan keluar dari masalah yang engkau hadapi.

Wahai orang-orang yang bertaubat, marilah kita menangisi segala dosa, ini adalah tempat menumpahkan segala kesedihan, marilah kita mencurahkan air mata dan mengadukan derita karena diabaikan. Semoga masa-masa kemesraan akan kembali seperti sedia kala. Wahai orang-orang yang tersesat di lembah kelalaian, wahai orang-orang yang kebingungan di lembah larangan, siangmu mencari dunia dan malammu dibuai mimpi, ini adalah kerugian yang nyata jika masa muda telah pergi sedang anda belum mendapat keuntungan maka masa tua akan lebih menderita kerugian. Impianmu demikian panjang padahal mungkin telah disiapkan bagimu kain kafan.

Berdirilah di tepi pertaubatan, karena luatan kemaksiatan adalah taufan. Engkau biarkan tunas muda hingga layu oleh maksiat pada sang Pengasih. Dan setelah masa tua menjelang, engkau menyesali apa yang telah engkau lakukan. Jika engkau tidak didampingi taufiq-Nya maka engkau akan berada di lingkaran mereka yang tak mendapat kebaikan.

“Lautan Air Mata” karangan Ibnul Jauziy

Wejangan Imam Al-Ghazali

 


Suatu hari Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya dan kemudian beliau memberikan pertanyaan teka-teki…
Imam Ghazali : “Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”
Murid 1 : Orang tua
Murid 2 : Guru
Murid 3 : Teman
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI. Sebab itu adalah janji Allah SWT bahwa setiap yang berjiwa pasti akan merasakan mati (Surah Ali-Imran : 185).
Imam Ghazali : “Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini?”
Murid 1 : Negeri Cina
Murid 2 : Bulan
Murid 3 : Matahari
Iman Ghazali : Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Imam Ghazali : “Apa yang paling besar di dunia ini?”
Murid 1 : Gunung
Murid 2 : Matahari
Murid 3 : Bumi
Imam Ghazali : Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A’raf : 179).
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah SWT) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah SWT), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah SWT). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.
Imam Ghazali : “Apa yang paling berat di dunia?”
Murid 1 : Baja
Murid 2 : Besi
Murid 3 : Gajah
Imam Ghazali : Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Surah Al-Azab : 72).
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[*] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.
[*]: Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allad SWT meminta mereka menjadi khalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka karena gagal memegang amanah.
Imam Ghazali : “Apa yang paling ringan di dunia ini?”
Murid 1 : Kapas
Murid 2 : Angin
Murid 3 : Debu
Imam Ghazali : Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan sholat.
Imam Ghazali : “Apa yang paling tajam sekali di dunia ini?”
Murid-murid dengan serentak menjawab : Pedang
Imam Ghazali : Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA. Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Apakah Orang Mati Bisa Mendengar?






Di dalam kitab Tafsir Ahkam, Imam Al Qurtubi menguraikan bahwa firman Allah:

فَإِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى
“Maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar….” (QS. Ar-Rum: 52)
adalah berkaitan dengan peristiwa pertanyaan sahabat Umar bin Khattab saat Rasulullah SAW memanggil tiga orang pemimpin kafir Quraisy dalam perang Badar yang telah mati beberapa hari. Saat itu Rasulullah SAW ditanya oleh Umar bin Khattab RA:

يا رسول الله تناديهم بعد ثلاث وهل يسمعون ؟ يقول الله إنك لا تسمع الموتى فقال : والذي نفسي بيده ما أنتمبأسمع منهم ولكنهم لا يطيقون أن يجيبوا
“Ya Rasulullah!, apakah engkau memanggil-manggil mereka yang telah meninggal tiga hari bisa mendengarkan panggilanmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al Auran: sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar?. Rasulullah SAW menjawab: ‘Demi Dzat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah engkau sanggup mendengar mereka, mereka lebih mendengar daripada kamu hanya saja mereka tidak mampu menjawab’.”(HR. Muslim dari Imam Anas RA).
Menurut hadits Shohihain (Bukhari Muslim) dari sanad yang berbeda-beda, Rasulullah SAW pernah berbicara kepada orang-orang kafir yang tewas dalam perang Badar saat mereka dibuang di sumur Qulaib kemudian Rasulullah SAW berdiri dan memanggil nama-nama mereka: “Ya Fulan bin Fulan 2x) : “Apakah engkau telah mendapatkan janji dari Tuhanmu dengan benar, sedangkan saya telah mendapatkan janji yang benar pula dari Tuhanku.”
Menurut Ibnu Katsir dalam Kitab Tafsirnya, bahwa yang dipanggil oleh Rasulullah SAW itu adalah: Abu Jahal bin Hisyam, Utbah bin Robi’ah dan Syaibah bin Robi’ah. Ketiganya itu adalah tokoh kafir Quraisy. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik.
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang mati apabila sudah dikuburkan dan orang yang menguburkan itu kembali pulang, maka dia (ahli kubur) itu mampu mendengar gesekan suara sandal. Menurut Imam Al-Qurtubi, orang yang sudah meninggal itu bukan berarti mereka tidak lenyap sama sekali juga tidak pula rusak hubungan dengan orang yang masih hidup. Tetapi yang meninggal itu hanya terputus hubungan antara ruh dan badan dan hanya berpindah dari alam dunia ke alam kubur.
(Tafsir Ahkam Juz 7: hal 326).
Dengan demikian apakah orang yang meninggal itu bisa mendengar orang yang masih hidup saat memberi salam atau lainya? Cukup jelas keterangan ayat dan hadits pada peristiwa dia atas. Untuk lebih jelasnya lagi, kita bisa membuka Kitab Ar Ruh karangan Ibnu Qoyyim Al Jauziyah (Juz I halaman 5). Murid kesayangan Ibnu Taimiyah ini mengatakan bahwa, pada halaman itu tertulis riwayat Ibnu Abdil Bar yang menyandarkan kepada ketetapan Sabda Rasulullah SAW:
ما من مسلم يمر على قبر أخيه كان يعرفه في الدنيا فيسلم عليه إلا رد الله عليه روحه حتى يرد عليه السلام
“Orang-orang muslim yang melewati kuburan saudaranya yang dikenal saat hidupnya kemudian mengucapkan salam, maka Allah mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menjawab salam temanya.”

Bahkan menurut Ulama Salaf mereka telah ijma’ (sepakat) bahwa masalah orang yang mati itu mampu mengenal orang-orang yang masih hidup pada saat berziarah, bahkan para ahli kubur mersasa gembira atas dengan kedatangan para peziarah. Hal ini, menurut Ibnu Qoyyim, merupakan riwayat atsar yang mutawatir.
Selengkapnya kata-kata Ibnu Qoyyim itu adalah sebagai berikut:
 والسلف مجمعون على هذاوقد تواترت الآثار عنهم بأن الميت يعرف زيارة الحي له ويستبشر به
Ibnu Qoyyim mengutip ungkapan Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abid bin Abidun-ya dalam kitab Kubur pada bab ma’rifatul mauta biziyaratil ahya’ yang  menyebukan hadits sebagai berikut ini:
عن عائشة رضى الله تعالى عنها قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما من رجل يزور قبر أخيه ويجلس عنده إلا استأنس به ورد عليه حتى يقوم
Dari Aisyah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Siapa saja yang berziarah ke kuburan saudaranya, kemudian duduk di sisi kuburnya maka menjadi tenanglah si mayit, dan Allah akan mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menemaninya sampai selesai berziarah.”
Orang yang meninggal dunia, akan menjawab salam baik yang dikenal maupun yang tidak dikenalnya sebagaimana dalam sebuah riwayat hadits berikut:
عن أبى هريرة رضى الله تعالى عنه قال إذا مرالرجل بقبر أخيه يعرفه فسلم عليه رد عليه السلام وعرفه وإذا مر بقبر لا يعرفه فسلمعليه رد عليه السلام
Dari Abi Hurairah ra, Rasulullahsaw bersabda: “Apabila orang yang lewat kuburan saudaranya kemudian memberi salam, maka akan dibalas salam itu, dan dia mengenal siapa yang menyalami. Demikian juga mereka (para mayyit) akan menjawab salamnya orang-orang yang tidak kenal.”
Satu ketika, Seorang lelaki dari Keluarga ‘Ashim Al Jahdari bercerita bahwa dia melihat Ashim al Jahdari dalam mimpinya setelah beliau meninggal dua tahun. Lalu lelaki itu bertanya: “Bukankah Anda sudah meninggal?” “Betul!” “Lalu dimana sekarang?” “Demi Allah, saya ada didalam taman Surga. Saya juga bersama sahabat-sahabatku berkumpul setiap malamJum’at hingga pagi harinya di tempat (kuburan) Bakar bin Abdullah al Muzanni. Kemudian kami saling bercerita.” “Apakah yang bertemu itu jasadnya saja atau ruhnya saja?” “Kalau jasad kami sudah hancur, jadi kami berkumpul dalam ruh” “Apakah Anda sekalian mengenal kalau kami itu berziarah kepada kalian?” “Benar!, kami mengetahui setiap sore Jum’at dan hari Sabtu hingga terbit matahari” “Kalau hari lainnya?” “Itulah fadilahnya hari Jum’at dan kemuliannya”

Cerita itu menurut Ibnu Qoyim bersumber dari Muhammad bin Husein dari Yahya bin Bustom Al Ashghor dari Masma’dari Laki-laki keluarga Asyim Al Jahdari. Bahkan bukan sore Jum’at dan hari Sabtu saja, menurut riwayat Muhammad bin Husein dari Bakar bin Muhammaddari Hasan Al Qoshob berkata bahwa orang-orang yang sudah meninggal mampu mengetahui para peziarah pada hari dua hari yang mengiringi Jum’at yaitu Kamis dan Sabtu.
Ucapaan salam yang disampaikan saat melewati makbaroh atau berziarah biasanya seperti yang banyak ditulis dalam kitab hadits yang sangat banyak adalah dengan ungkapan:
السلام عليكم دار قوم مؤمنين وإنا ان شاء الله تعالى بكم لاحقون
“Semoga keselamatan atas kamu wahai kaum mu’minin yang ada di alam kubur, Insya Allah kami akan menyusul.”
Wallahu Alam

Rahasia Molekul Air Suwuk

Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi.

Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.


Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah.

Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah.

Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas. Rasulullah saw. bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah … Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya ekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang mengharuskan (baca: mewajibkan) memandikan jenazah. Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.
Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan kajian kehidupan ini berdasarkan Al Quran dan hadis.

Makna Sebuah Kecerdasan dan Kebijaksanaan



Menjadi cerdas, tidak berarti mengetahui segala jawaban. Terkadang, jawaban paling cerdas yang anda dapat katakan adalah "Saya tidak tahu". Diperlukan rasa percaya diri dan kecerdasan extra untuk mengakui ketidaktahuan anda. Dan saat anda melakukannya, anda sedang dalam proses mempelajari jawaban sesungguhnya.


Seringkali. karena alasan kebanggaan dan mencegah rasa tidak aman, kita mengatakan tahu, padahal kita tidak tahu. Lewat cara ini, kita telah menyia-nyiakan kesempatan untuk belajar lebih lanjut. Percayalah, tidak ada salahnya anda tidak mengetahui suatu hal.


Bagian penting dari kebijaksanaan adalah mengetahui batas pengetahuan anda. Mengetahui apa yang anda tahu dan apa yang anda tidak tahu. Orang yang benar-benar cerdas adalah orang yang tahu dan mengerti, bahwa tak semua pertanyaan dapat ia jawab. Orang yang benar-benar cerdas, adalah orang yang mau bertanya, mau belajar, mau bertumbuh.Gunakan pengetahuan yang anda miliki, dan miliki pengetahuan yang anda perlukan. Itu adalah jalan terbaik yang dapat anda tempuh.

Note: Sebuah kecerdasaan akan nampak begitu anggun bila kita balut dengan kebijaksanaan. Karena kecerdasaan sejatinya bukanlah hanya sekedar kepintaran otak yang briliant, melainkan sebuah reaksi dari sikap yang santun dan menghormati diri sendiri akan nilai sebuah kebijakan yang diucap ataupun dilakukan.

Judul Asli: "Saya Tidak Tahu"

Belajar Memahami Fiqh


السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهٌ...

Dewasa ini sering terjadi polemic bagaimana mengkondisikan Fiqih zaman dulu dengan Fiqih zaman sekarang, karena bagi sebagian pendapat umum mengatakan bahwa metode Ilhaq (menyamakan satu kasus yang muncul dengan teks kitab-kitab salaf sebagai referensi) dianggap sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan karena sudah tidak adanya Illat ataupun sosio-histori yang mendasari. Sehingga metode Maudlu’I (langsung kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah) merupakan hal yang sangat tepat sebagai perumusan hukum. Sekarang yang menjadi pertanyaan, beranikah kita secara langsung menggunakan metode ini? Dengan kadar pemahaman yang sangat minim dibanding dengan Ulama’-ualama’ salaf terdahulu?

Tanpa mengabaikan konteks Al Qur’an dan Al Hadits sudah seharusnya kita merujuk pada Ushul Fiqih dan Qoidah Fiqih-nya, ketika kita menemukan satu kasus yang Illatnya tidak kita temui dari kitab-kitab salaf. Kemudian bagaimana cara kita merumuskan sebuah hukum yang belum pernah kita temui kasus yang sama sebelumnya?

Pertama yang harus kita ketahui bahwa hukum itu ada yang Ta’abudiy dan Ta’aquliy. Untuk merangsang pemikiran kita, mari kita ulas sedikit tentang contoh hukum yang tergolong dalam Ta’abudiy dan Ta’aquliy.

1. Hukum Ta’abudiy
Hukum Ta’abudiy adalah hukum yang tidak bisa diketahui bagaimana proses perumusannya dan Illat apa yang mendasari hingga suatu hukum itu bisa dikatakan halal ataupun haram, atau dalam kata lain hukum yang sudah tidak bias di Ijtihadi lagi karena dalam Ta’abudiy dipastikan kebenaran dan kerelevanannya sampai kapanpun.

Namun ahir-ahir ini banyak sekali pemahaman-pemahaman yang menggugat hukum yang bersifat Ta’abudiy karena dianggapnya sudah tidak relevan lagi untuk zaman sekarang. Seperti Iddahnya seorang perempuan yang di Thalaq suaminya ketika Mu’taddah tadi dalam kondisi normal (masih haidl) maka Iddahnya adalah tiga kali suci dari haidlnya seperti diterangkan dalam Surah Al Baqoroh ayat 228 :

وَالْمُطَلَّقَاتُ يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلاثَةَ قُرُوءٍ وَلا يَحِلُّ لَهُنَّ أَنْ يَكْتُمْنَ مَا خَلَقَ اللَّهُ فِي أَرْحَامِهِنَّ إِنْ كُنَّ يُؤْمِنَّ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ

Artinya :“Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat”
Sementara kalau perempuan tadi tidak normal (belum atau sudah tidak haidl lagi) maka masa Iddahnya cukup menanti selama tiga bulan sesuai dengan firman Alloh :

وَاللائِي يَئِسْنَ مِنَ الْمَحِيضِ مِنْ نِسَائِكُمْ إِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلاثَةُ أَشْهُرٍ وَاللائِي لَمْ يَحِضْنَ 

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan” (Q.S At- Tholaq : 4)

Sedang masa Iddah perempuan yang hamil adalah mulai dari suaminya meninggal dan ketika sudah melahirkan maka habislah masa Iddahnya. Seperti diterangkan dalam Al Qur’an :

وَأُولاتُ الأحْمَالِ أَجَلُهُنَّ أَنْ يَضَعْنَ حَمْلَهُنَّ 

Artinya : “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya” (Q.S At- Tholaq : 4)

Ayat diatas sudah sangat tegas memberi batasan pada masa penantian seorang wanita (mu’taddah), dan tentunya sudah sangat pasti tentang ke-Ta’abudiy-annya. Kemudian atas dasar apa hingga sebagian orang menganggap bahwa hukum yang diterangkan ayat diatas sudah tidak lagi relevan? Ternyata hanya berdasarkan pertimbangan, bahwa baroatur rahmi (pembersihan rahim) pada saat ini bisa diketahui dengan alat-alat yang canggih sehingga tidak harus menunggu sampai empat bulan sepuluh hari atau yang lainnya. Karena dengan alat modern ini dengan sekejap sudah bisa diketahui bersihnya rahim.

Perlu ditegaskan bahwa baroatur rohmi bukanlah sebuah Illat yang memberikan konsekwensi sebagai penetapan sebuah hukum, tapi baroatur rohmi hanya merupakan sebuah hikmah yang bisa dipetik dari ketentuan masa Iddah. Kalau baroatur rohmi dianggap sebagai Illat maka mestinya Al Qur’an tidak perlu mengklasifikasi mu’taddah dalam beberapa kategori dan mestinya iddah diwajibkan sampai empat tahun sebab ada juga yang mengandung sampai empat tahun.

2. Hukum Ta’aquliy
Hukum Ta’aquliy adalah hukum yang diambil dari Al Qur’an dan Hadits yang bisa diketahui proses perumusannya dengan adanya Illat yang mendasari. Kalau hukum itu masih berpijak pada dalil Qiyas, maka setelah Illatnya ditemukan dan masih bisa dikontekstualisasikan dengan kasus yang ada sekarang kita langsung bisa merumuskan hukum itu. Dan tentunya kita harus berani melakukan Ijtihad dalam rangka memutuskan hukum ketika Illatnya dianggap sudah tidak lagi relevan. Artinya langsung merujuk pada Ushul Fiqh dan Qoidah Fiqhnya. Secara garis besar pintu Ijtihad akan selalu terbuka dalam permasalahan hukum yang bersufat Ta’aquliy. Pertanyaannya sudah beranikah kita ber-Ijtihad sendiri?

الَمُحافظةُ على قديمِ الصَّالحِ والأخذُ بجديدِ الأصْلَحِ

Artinya : “Menjaga pada suatu hal yang lama (kuno) yang baik, dan mengambil pada hal-hal baru yang lebih baik”

Sebagai pondasi pokok untuk relevansi hukum-hukum Fiqh yang ada, perlu diperhatikan masalah-masalah yang muncul. Karena dalam merumuskan hukum tidak pernah terlepas dari lima unsur dasar yaitu, Hifdzu Ad Din, Hifdzu Al Mal, Hifdzu An Nasli, Hifdzu An Nafsi, Hifdzu Al Aqly.

a. Hifdzu Ad Din
Adalah sebuah ketetapan yang diperuntukkan untuk menjaga agama Islam agar tetap survive ditengah gerak kehidupan yang begitu dinamis. Dengan adanya konsep Hifdzu Ad Din diharapkan tidak adanya pelanggaran yang akan muncul dalam uapaya mengaplikasikan ajaran Islam. Sehingga ketika ada seseorang yang tidak mengindahkan peraturan hifdzu Ad Din, maka ia berhak mendapat hukuman dari Islam atas perbuatannya. Semisal orang murtad, ketika ia diperintahkan untuk bertaubat menolak maka darahnya halal untuk ditumpahkan.
Hal ini sesuai dengan Hadits Nabi Saw. Yang diriwayatkan oleh Bukhori dari Abbas yang berbunyai:

مَنْ بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ

Artinya : “Barang siapa mengganti agamanya (murtad) maka bunuhlah”

b. Hifdzu Al Mal
Hifdzul al Mal merupakan sebuah ketetapan yang berfungsi untuk memberikan perlindungan terhadap harta benda. Dan rumusan ini menelurkan banyak sekali permasalahan, termasuk diantaranya adalah orang yang mencuri akan mendapatkan hukuman had (potong tangan) dikarenakan telah melanggar satu undang-undang yang berupa Hifdzu Al Mal, sebagaimana termaktub dalam Al Qur’anul Karim:

بِمَا كَسَبَا نَكَالا مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءً وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ

Artinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.(Q.S Al Maidah : 38)

c. Hifdzu An Nafsi
Merupakan sebuah runusan yang bertujuan untuk menjaga keselamatan diri insane atau anggota tubuhnya. Sehingga dengan adanya Hifdzu An Nafsi ini, banyaknya kasus pembunuhan, pertikaian dan lain sebagainya dapat ditekan serendah mungkin frekuensinya. Masalah yang timbul dari rumusan ini banyak sekali seperti orang yang membunuh maka wajib dibunuh (hukum Qishos). Dalam Al Qur’an telah diterangkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأنْثَى بِالأنْثَى

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita”.(Q.S Al Baqoroh : 178)
Hukuman ini merupakan bentuk realisasi dari konsep Hifdzu An Nafsi.

d. Hifdzu An Nasli
Adalah konsep yang bertujuan untuk menjaga pada kelestarian keturunan anak Adam. Seandainya Hifdzu An Nasli ini tidak ditetapkan, niscaya anak-anak yang dilahirkan dimuka bumi ini semua akan terlantar karena tidak adanya perhatian dari kedua orang tua. Contoh orang yang melanggar tatanan Hifdzu An Nasli adalah orang yang berzina maka baginya wajib untuk di had atas perbuatannya sesuai dengan Firman Alloh :

الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya : “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”. (An Nur : 2)

e. Hifdzu Al Aqli
Akal adalah sebuah anggota tubuh yang sangat vital,sehingga menjaga kesehatan akal sangatlah penting, karena dengan akallah manusia bias lebih mulia dibanding mahluk-mahluk Alloh yang lain. Dalam rumusan ini tercakup bebagai permasalahan, diantaranya tentang wajibnya had ( hukuman cambuk sebanyak 40 kali) bagi seorang yang minum arak, dikarenakan membawa dampak negative terhadap fungsi kerja akal (otak). Seperti dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Annas disebutkan :

أنَّ النِبيَّ صل الله عليه وسلم : كان يَضْرِبُ في الخَمْرِ بِالِّنعالِ والجريدِ اَرْبَعِيْنَ

Artinya : “Sesungguhnya Nabi Saw itu memukul pada orang yang minum arak dengan sandal dan pelepah kurma sebanyak 40 kali”

Refrensi : Di rangkum dari buku “Masih Relevankah Fiqih” 

Oleh : Agus Sa'id Ridlwan

Menjaga Diri (Al-'Iffah)



Sifat 'Iffah (menjaga diri) merupakan sifat yang wajib dimiliki bagi setiap muslim. Menjaga diri dari hal-hal yang bisa membawanya pada kesengsaraan dunia dan akhirat. Kalau dalam kaidah fiqih biasa disebut dengan Hifdhu an-Nafsi.

Seperti yang sudah diterangkan oleh Al Imam Al Mawardi (AL Imam Abi Al Hasan Ali Bin Muhammad Bin Habib Al Bashari Al Wamawardi Asy-Syafi'i), menjaga diri dari hal-hal yang diharamkan itu dibagi menjadi dua yaitu, menjaga farji (kelamin) dari hal-hal yang diharamkan dan mejaga lidah dari membual (kedustaan).
Rasulullah bersabda, "Orang yang menjaga (menghindari) kejelekan kelaminnya, lidah dan perutnya, maka dia telah terjaga".


Faktor yang menyebabkan hilangnya sifat 'Iffah
Ada dua faktor yang mendorong tejadinya perbuatan tersebut (tidak bisa menjaga diri dari yang diharamkan) yaitu, mengikuti pandangan mata, dan tunduk kepada syahwat (nafsu).
Telah diriwayatkan dari Rasulullah, seraya beliau bersabda yang ditujukan kepada Ali Bin Abi Thalib: "Wahai Ali, janganlah kamu mengiringi pandangan dengan pandangan, karena yang pertama diperbolehkan bagimu, dan yang kedua menjadi dosa bagimu".
Berkenaan dengan lafadz "janganlah kamu mengiringi pandangan dengan pandangan" terdapat dua penafsiran. Pertama, janganlah kamu mengiringi pandangan matamu dengan pandangan hatimu. Kedua, janganlah kamu mengiringi pandangan yang pertama yang dapat menimbulkan syahwat dengan pandangan yang kedua yang dapat menimbulkan syahwat dengan cara sengaja.

Nabi Isa A.S pernah berkata: "Hendaknya kamu takut dengan pandangan setelah pandangan, karena hal itu menumbuhkan syahwat dalam hatimu, dan cukup bagi pelakunya menimbulkan fitnah".
Ali Bin Abi Thalib juga berkata: "Mata itu tempat berjalannya syaithan." Sedang menurut ahli hikmah, "Orang yang membiarkan pandangan matanya maka dia telah mengundang kebinasaan".

Dasyatnya siksa bagi orang yang meninggalkan Sholat

 

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
Ibnu Abbas, berkata, Maksud Hadist: “Aku dengar Rasulullah SAW bersabda: “Awalnya orang yang meninggalkan solat itu, bukanlah dia termasuk golongan Islam. Allah tidak terima tauhid dan imannya dan tidak ada faedah shodaqoh, puasa dan syahadatnya”. Alhadist.


Gambaran Azab Bagi Yang Meninggalkan Sholat.
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan tentang balasan orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan orang yang berbuat mungkar, diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan Sholat fardhu.


Mengenai balasan orang yang meninggalkan Sholat Fardu: “Rasulullah SAW, diperlihatkan pada suatu kaum yang membenturkan kepala mereka pada batu, Setiap kali benturan itu menyebabkan kepala pecah, kemudian ia kembali kepada keadaan semula dan mereka tidak terus berhenti melakukannya. Lalu Rasulullah bertanya: “Siapakah ini wahai Jibril”? Jibril menjawab: “Mereka ini orang yang berat kepalanya untuk menunaikan Sholat fardhu”. (Riwayat Tabrani).

Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka Saqor. Maksud Firman Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata: “Apakah yang menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah itu menjawab: “kami termasuk dalam kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat” Al-ayat.


Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu Sholat dari waktu asalnya hingga sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu Sholat, maka mereka diancam dengan Neraka Wail”.
Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas “yaitu orang yang melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada waktu Sholat lain, maka bagi pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat kembalinya”.
Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia telah kafir dengan nyata”.


Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa: Tidak wajib memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang yang meninggal dunia dan mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram mensholatkanya.


Siksa Neraka Sangat Mengerikan
Mereka yang meninggalkan sholat akan menerima siksa di dunia dan di alam kubur yang terdiri dari tiga siksaan.
Tiga jenis siksa di dalam kubur yaitu:
1. Kuburnya akan berhimpit-himpit serapat mungkin sehingga meremukkan tulang-tulang dada.
2. Dinyalakan api di dalam kuburnya dan api itu akan membelit dan membakar tubuhnya siang dan malam tiada henti-henti.
3.Akan muncul seekor ular yang bernama “Sujaul Aqra” Ia akan berkata, kepada si mati dengan suaranya bagai halilintar: “Aku disuruh oleh Allah memukulmu sebab meninggalkan sholat dari Subuh hingga Dhuhur, kemudian dari Dhuhur ke Asar, dari Asar ke Maghrib dan dari Maghrib ke Isya’ hingga Subuh”. Ia dipukul dari waktu Subuh hingga naik matahari, kemudian dipukul dan dibenturkan hingga terjungkal ke perut bumi karena meninggalkan Sholat Dhuhur. Kemudian dipukul lagi karena meninggalkan Sholat Asar, begitulah seterusnya dari Asar ke Maghrib, dari Maghrib ke waktu Isya’ hingga ke waktu Subuh lagi. Demikianlah seterusnya siksaan oleh “Sajaul Aqra” hingga hari Qiamat.


Didalam Neraka Jahanam terdapat wadi (lembah) yang didalamnya terdapat ular-ular berukuran sebesar tengkuk unta dan panjangnya sebulan perjalanan. Kerjanya tiada lain kecuali menggigit orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat semasa hidup mereka. Bisa ular itu juga menggelegak di di badan mereka selama 70 tahun sehingga hancur seluruh daging badan mereka. Kemudian tubuh kembali pulih, lalu digigit lagi dan begitulah seterusnya.


Maksud Hadist: “orang yang meninggalkan sholat, akan Allah hantarkan kepadanya seekor ular besar bernama “Suja’ul Akra”, yang matanya memancarkan api, mempunyai tangan dan berkuku besi, dengan membawa alat pemukul dari besi berat”.

Siapakah orang yang sombong?
Orang yang sombong adalah orang yang diberi penghidupan tapi tidak mau sujud pada yang menjadikan kehidupan itu yaitu, Allah Rabbul Alaamin, Tuhan sekalian alam. Maka bertasbihlah segala apa yang ada di bumi dan di langit pada TuhanNya kecuali Iblis dan manusia yang sombong diri.

Siapakah orang yang telah mati hatinya?
Orang yang telah mati hatinya adalah orang yang diberi petunjuk melalui ayat-ayat Qur’an, Hadits dan cerita-cerita kebaikan namun merasa tidak ada kesan apa-apa di dalam jiwa untuk bertaubat.

Siapakah orang dungu kepala otaknya?
Orang yang dungu kepala otaknya adalah orang yang tidak mau melakukan ibadah tapi menyangka bahwa Allah tidak akan menyiksanya dengan kelalaiannya itu dan sering merasa tenang dengan kemaksiatannya.

Siapakah orang yang bodoh?
Orang yang bodoh adalah orang yang bersungguh-sungguh berusaha sekuat tenaga untuk dunianya sedangkan akhiratnya diabaikan.
Bahaya Meninggalkan Sholat
Barang siapa yang (sengaja) meninggalkan solat fardhu lima waktu:
Subuh –Allah Ta’ala akan menenggelamkannya kedalam neraka Jahannam selama 60 tahun hitungan akhirat. (1 tahun diakhirat=1000 tahun didunia=60,000 tahun).
Dhuhur -Dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim.
Asar -Dosa seperti menghacurkan Ka’bah.
Maghrib -Dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri.
Isya’ -Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan dan dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”.
Maksud Firman Allah Ta’ala: “Mereka yang menyia-nyiakan solat dan mengikuti hawa nafsu kepada kejahatan, maka tetaplah mereka jatuh ke dalam satu telaga api neraka.” (Maryam : 59).


Kehinaan bagi yang meninggalkan sholat:
Di dunia
a.Allah Ta’ala menghilangkan berkat dari usaha dan rezekinya.
b.Allah Ta’ala mencabut nur orang-orang mukmin (sholeh) dari pada (wajah) nya.
c.ia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.

Ketika Sakaratul Maut
a.Ruh dicabut ketika ia berada didalam keadaan yang sangat haus.
b.Dia akan merasa amat azab/pedih ketika ruh dicabut keluar.
c.Dia akan Mati Buruk (su’ul khatimah)
d.ia akan dirisaukan dan akan hilang imannya.

Ketika di Alam Barzakh
a.ia akan merasa susah (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta menerima hukuman) dari Malaikat Mungkar dan Nakir yang sangat menakutkan.
b.Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
c.Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya berkumpul (seperti jari bertemu jari).
d.Siksaan oleh binatang-binatang berbisa seperti ular, kala jengking dan lipan.
Malaikat Jibril as, telah menemui Nabi Muhammad SAW, dan berkata:
“Ya Muhammad.. Tidaklah diterima bagi orang yang meninggalkan sholat yaitu: Puasanya, Shodaqahnya, Zakatnya, Hajinya dan Amal baiknya”.


Orang yang meninggalkan Sholat akan diturunkan kepadanya tiap-tiap hari dan malam seribu laknat dan seribu murka. Begitu juga Para Malaikat di langit ke-7 akan melaknatnya.
Ya Muhammad..! Orang yang meninggalkan Sholat tidak akan mendapat syafa’atmu dan ia tidak tergolong dari umatmu.. Tidak boleh diziarahi ketika ia sakit, tidak boleh mengiringi jenazahnya, tidak boleh beri salam pada nya, tidak boleh makan minum dengan nya, tidak boleh bersahabat dengannya, tidak boleh duduk besertanya, tidak ada Agama baginya, tidak ada kepercayaan bagi nya, tidak ada baginya Rahmat Allah dan ia dikumpulkan bersama dengan orang Munafiqiin pada lapisan Neraka yang paling bawah (diazab dengan amat dahsyat..).


Sabda Nabi Muhammad SAW, Maksud Hadist: “Perjanjian (perbedaan) diantara kita (orang islam) dengan mereka (orang kafir) ialah Sholat, dan barangsiapa meninggalkan Sholat sesungguhnya ia telah menjadi seorang kafir”. (Tirmizi).


Wahai Saudaraku Ummat Islam, mari kita merenung sejenak tentang ancaman azab bagi yang meninggalkan sholat Fardhu. Apa guna kita hidup di dunia sekalipun berlimpah harta jika kita termasuk golongan orang-orang yang (kafir) meninggalkan sholat..?, barang siapa meninggalkan Sholat, maka ia telah menjadi kafir dengan nyata…! Orang yang meninggalkan sholat, ia wajib menerima azab Allah Ta’ala..! Orang yang meninggalkan sholat, tidak akan mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW, karena mereka telah menjadi kafir dan orang kafir tidak berhak mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW. Ancaman Allah Ta’ala terhadap orang-orang yang meninggalkan sholat bukan sekedar gertakan belaka. Sungguh ancaman Allah Ta’ala akan terbukti kelak di akhirat. “…sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji

10 Permintaan Iblis yang Dikabulkan Allah



Ini sebuah cerita renungan yang menurut saya wajib dibaca. Ceritanya Rasulallah sedang berbicara kepada iblis dan bertanya apa saja permintaan iblis yang sampai saat ini dikabulkan Allah SWT.

Ada 10 permintaan iblis yang dikabulkan Allah.
“Berapa hal yang kau pinta dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“Apa saja?”
1. Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman,
“Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan.” (QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah.
2. Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan.
3. Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
4. Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
5. Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku.
6. Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku.
7. Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
8. Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku.
Allah swt berfirman,
“Orang -orang boros adalah saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
9. Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku.
10. Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”, dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda.
Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah.
Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.

Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca ayat :
“Mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 – 119)
juga membaca,
“Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah, takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. dan aku tak berbohong.”

Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tersebut. Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti bisikan dan godaan Iblis atau Syaithan. (Sumber)

SOROGAN

 

Aku heran dengan cara Mbah Ali mendidikku. Pada mulanya aku disuruh sorogan Ta’limul Muta’allim. Belum sampai khatam sudah disuruh ganti Taqrib. Baru selesai bab Haji disuruh ganti kitab lain lagi. Begitu seterusnya aku gonta-ganti kitab tanpa satu pun mengkhatamkannya. Rasanya manfaat yang kuperoleh bukan terutama dari kitab yang kubaca, tapi karena sering memandangi wajah Mbah Ali saja.


Kiyai Masduqi Mahfudh, Malang –sekarang Rais Syuriyah PBNU, menceritakan bahwa Mbah Ali memiliki maziyah (keistimewaan) bisa mentransfer ilmu tanpa mengajar secara verbal. Pada waktu pertama kali datang ke Krapyak –mungkin sekitar tahun 50-an atau 60-an, Santri Masduqi diajak mengikat janji oleh Mbah Ali,


“Kalau kamu sanggup tinggal di pondok nggak pulang-pulang sampai tiga tahun penuh, kujamin kamu akan jadi lebih ‘alim ketimbang yang sudah mondok 15 tahun tapi bolak-balik pulang”, begitu akadnya.
Santri Masduqi benar-benar melaksanakan akad itu. Pada akhir tahun ketiga, barulah ia pamit pulang.
Sebelum mengijinkan, Mbah Ali meraih tangan Santri Masduqi dan membawanya ke meja makan.
“Ayo makan bareng aku”, kata beliau.


Tapi ketika Santri Masduqi hendak meraih centong nasi, Mbah Ali melarangnya,
“Kamu duduk saja!” lalu tanpa terduga beliau mengambilkan nasi untuk santrinya itu, meladeninya dengan sayur dan lauk-pauk hingga minuman sesudah makan, seolah Mbah Ali-lah yang menjadi khadam.
“Sejak saat itu”, kisah Pakdhe Masduqi, “tak ada kitab yang sulit bagiku. Setiap ada lafadh yang tak kuketahui maknanya, seperti ada yang membisiki telingaku, memberi tahu artinya…”


Aku percaya pada Pakdhe Masduqi, walaupun barangkali beliau menceritakan ini sekedar untuk membesarkan hatiku ketika beliau ta’ziyah meninggalnya ayahku. Mungkin juga aku percaya karena terdorong ketidakpahamanku akan metode pendidikan Mbah Ali. Setiap santri seolah diperlakukan khusus, dengan cara yang berbeda dari lainnya. Sepupuku yang sekamar denganku tidak cukup disuruh menulis saja. Ia diperintahkan ngeblad tulisan kitab. Santri lain disuruh mengumpulkan maqolah-maqolah dari berbagai kitab. Seorang santri baru malah diperlakukan dengan “sangat demokratis”

.
“Kamu sorogan ya, Nak”, kata Mbah Ali kepada anak yang baru lulus SD itu.
“Sorogan itu apa, Mbah?”
“Setiap habis shubuh kamu baca kitab didepanku”, Mbah Ali sabar.
“Kitab itu apa, Mbah?” Kuper nian anak itu.
“Kitab itu ya buku”.
“Yang dibaca buku apa?”
“Terserah kamu…”


Pagi itu, ditengah membaca kitabku dihadapan Mbah Ali yang dirubung santri-santri, aku kaget oleh suara lantang anak baru disebelahku,
“Pulau Buton menghasilkan aspal…!”
Kulirik “kitab” yang dipegangnya: PELAJARAN GEOGRAFI KELAS I SMP!

Mengajar Anak-anak Kecil



Sebagaimana kebiasaan dimadrasah kami, tiap awal tahun pelajaran, guru-guru dikumpulkan untuk membagi tugas mengajar, dan diberi kebebasan untuk memilih pelajaran yang akan dipegang.. namun tetap harus mendapat persetujuan dari rois madrasah, apakah ia layak mengajar kitab tersebut. Sebagai guru termuda tentu aku diam saja nggak berani milih pelajaran, nunggu sampai para sesepuh selesai membagi jam pelajaran. Setelah semua mendapat jatah mengajar, tinggal aku yang belum dapat, e.. ternyata dapat jatah ngajar santri TPA, waduh, gimana ini, apa aku bias sabar menghadapi anak-anak kecil, “ masak tahun sebelumnya ngajar anak tingkat tsanawi sekarang ngajar anak kecil “ pikirku.


Aku jadi teringat dengan kisah Mbah Ali Ma’sum. Beliau diambil menantu oleh Kyai Muhammad Munawwir, Krapyak, Yogya, yang mengkhususkan diri dengan pengajaran Al Quran. Kyai Abdullah Munawwir, kakak ipar Kiyai Ali, mementingkan datang ke Lasem untuk memohon kepada Kyai Ma’shum agar Kyai Ali diijinkan tinggal di Krapyak. Mbah Ma’shum meluluskan.


Tapi setelah tinggal di Krapyak, ternyata Kyai Ali sudah “tidak kebagian santri”. Semua santri sudah disibukkan dengan kegiatan mengaji kepada guru masing-masing sehingga tak ada waktu lagi untuk mengaji kepada Kyai Ali. Selama beberapa waktu Kyai Ali “menganggur”, dan alangkah tidak nyamannya itu bagi seorang yang menanggung begitu banyak ilmu dalam dirinya.


Ditengah waktu-waktu kosong yang membosankan itu, Kiyai Ali mengamati anak-anak kecil yang asyik bemain-main, berlarian di halaman Pondok. Kyai Ali memanggil anak-anak itu, mengajak mereka bercengkerama, membagi-bagikan penganan, lalu membujuk mereka agar mau diajari mengaji. Maka mulailah Kyai Ali dengan pelajaran membaca dan menulis huruf hija’iyyah. Seiring dengan perkembangan usia, lama-kelamaan mereka siap diajari berbagi macam ilmu dan kitab-kitab, hingga akhirnya anak-anak yang tadinya berkeliaran tak karuan itu menjadi orang-orang ‘alim yang unggul ilmunya. Diantara mereka adalah junjungan-junjunganku, adik-adik ipar Kyai Ali sendiri, yaitu Kiyai Zainal Abidin Munawwir dan Kiyai Ahmad Warson Munawwir.


Aku jadi agak tenang. Jangan aku, Mbah Ali Maksum saja ngajar anak kecil,gumamku. Ada satu lagi kisah dari Hadhrotusy Syeh Hasyim Asy’ari yang membuatku semakin mantap untuk menerima,menikmati dan seharusnya bangga mengajar anak-anak, begini ceritanya :

“Aku pengen ketemu Kyai Salam”, kata Kyai Hasyim Asy’ari. Kyai Nawawi pun mengantarkan.
Kyai Abdussalam rahimahullah adalah ayahanda dari Kyai Abdullah Salam dan kakek dari Kyai Sahal Mahfudh.

Sampai di kediaman Kyai Salam, didapati tuan rumah sedang mengajar anak-anak kecil mengaji. Kyai Hasyim serta-merta menahan langkah, menyembunyikan diri dari pandangan Kyai Salam, dan menunggu. Setelah semua anak-anak kecil itu selesai ngajinya, barulah Kyai Hasyim mengucap salam, yang lantas disambut dengan suka-cita luar biasa.
Meninggalkan kediaman Kyai Salam, Kyai Hasyim kelihatan ngungun. Air matanya mengambang.
“Ada apa, ‘Yai?” Kyai Nawawi keheranan.
Kiyai Hasyim mengendalikan tangisnya, menghela napas dalam-dalam.
“Aku punya cita-cita sudah sejak sangat lama… tapi sampai sekarang belum mampu melaksanakan… Kyai Salam malah sudah istiqomah… Aku iri…”
“Cita-cita apa, ‘Yai?”
“Ta’liimush shibyaan…” (Mengajar anak-anak kecil).

Belajar Menjadi Ayah Yang Baik



Seorang Muslim sudah semestinya memikirkan masa depan dengan melakukan invesment -bukan dengan stock portofolio, 401K, rumah ataupun saving account, tetapi dengan shodaqoh jariyah, menyebarkan ilmu yang bermanfaat, dan membina anak yang sholeh/-ah. Ketiga aktivitas ini ternyata tercakup dalam proses pendidikan anak dan apalagi Alhamdulillah banyak diantara kita yang telah dikaruniai anak, sehingga saya tergerak untuk merangkum 6 karakteristik kepribadian seorang ayah idaman.


1. Keteladanan

Suatu pagi, saya terperanjat ketika melihat cara putriku memakai sepatunya. Ia langsung memasukkan kakinya ke dalam sepatu tanpa melepas talinya. Rupanya selama ini ia memperhatikan bagaimana cara saya memakai sepatu. Karena malas membuka simpul tali sepatu, sering kali saya langsung memakainya tanpa membuka dan mengikat simpul tali sepatu. Saya berusaha melarangnya dengan memberikan penjelasan bhw cara memakai sepatu seperti itu bisa mengakibatkan sepatu cepat rusak. Namun hasilnya nihil.


Ini merupakan satu contoh nyata bahwa anak, terutama pada usia dini, mudah sekali mencontoh orangtuanya. Tidak perduli apakah itu benar atau salah. Nasehat kita tidak ada manfaatnya, jika kita tetap melakukan apa yang kita larang.


Apakah kita sudah memberikan teladan yang terbaik kepada anak-anak kita? Apakah kita lebih sering nonton TV dibandingkan membaca Al-Quran atau buku lain yang bermanfaat? Apakah kita lebih sering makan sambil jalan dan berdiri dibandingkan sambil duduk dengan membaca Basmallah? Apakah kita sholat terlambat dengan tergesa-gesa dibandingkan sholat tepat waktu? Apakah bacaan surat kita itu-itu saja?


Allah SWT berfirman dalam surat ash-shaff 61:2-3:
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. "


Allah SWT juga mengingatkan untuk tidak bertingkah laku seperti Bani Israil dalam firmanNya dalam surat Al-Baqoroh 2:44 "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?"



2. Kasih Sayang dan Cinta

Kehangatan, kelembutan, dan kasih sayang yang tulus merupakan dasar penting bagi pendidikan anak. Anak-anak usia dini tidak tahu apa namanya, tapi dengan fitrahnya mereka bisa merasakannya. Lihatnya bagaimana riangnya sorot mata dan gerakan tangan serta kaki seorang bayi ketika ibunya akan mendekap dan menyusuinya dengan penuh kasih sayang. Bayi kecilpun sudah mampu menangkap raut wajah yang selalu memberikan kehangatan, kelembutan, dan kasih sayang dengan tulus, apalagi mereka yang sudah lebih besar.


Rasulullah SAW pada banyak hadith digambarkan sebagai sosok ayah, paman, atau kakek yang menyayangi dan mengungkapkan kasih sayangnya yang tulus ikhlas kepada anak-anak. Sebuah kisah yang menarik yang diceritakan oleh al-Haitsami dalam Majma'uz Zawa'id dari Abu Laila.


Dia berkata: "Aku sedang berada di dekat Rasulullah SAW. Pada saat itu aku melihat al-Hasan dan al-Husein sedang digendong beliau. Salah seorang diantara keduanya kencing di dada dan perut beliau. Air kencingnya mengucur, lalu aku mendekati beliau. Rasulullah SAW bersabda, 'Biarkan kedua anakku, jangan kau ganggu mereka sampai ia selesai melepaskan hajatnya.' Kemudian Rasulullah SAW membawakan air." Dalam riwayat lain dikatakan, 'Jangan membuatnya tergesa-gesa melepaskan hajatnya.' Bagaimana dengan kita? Sudahkan kita ungkapkan kecintaan kita yang tulus kepada anak-anak kita hari ini?



3. Adil

Siapa yang belum pernah dengar kata sibling rivalry dan favoritism? Jika belum dengar, maka ketahuilah! Siapa tahu kita termasuk orang yang telah melakukannya. Seringkali kita terjebak oleh perasaan kita sehingga kita tidak berlaku adil, misalnya karena anak kita yang satu lebih penurut dibandingkan anak yang lain atau karena kita lebih suka anak perempuan daripada anak laki-laki dll. Rasulullah SAW bersabda: "Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu dalam pemberian." (HR Bukhari)


Masalah keadilan ini dikedepankan untuk mencegah timbulnya kedengkian diantara saudara. Para ahli peneliti pendidikan anak berkesimpulan bahwa faktor paling dominan yang menimbulkan rasa hasad/ dengki dalam diri anak adalah adanya pengutamaan saudara yang satu di antara saudara yang lainnya.


Anak sangat peka terhadap perubahan perilaku terhadap dirinya. Jika kita lepas kontrol, sesegera mungkin untuk memperbaiki, karena anak yang diperlakukan tidak adil bisa menempuh jalan permusuhan dengan saudaranya atau mengasingkan diri (menutup diri dan rendah diri).


4. Pergaulan dan Komunikasi

Seringkali kita berada dalam satu ruangan dengan anak-anak, tapi kita tidak bergaul dan berkomunikasi dengan mereka. Kita asyiik membaca koran, mereka asyiik main video game, atau nonton TV.


Banyak hadits yang menggambarkan bagaimana kedekatan pergaulan Rasulullah SAW dengan anak-anak dan remaja. Beliau bercanda dan bermain dengan mereka.

Bagaimana dengan kita yang sudah sibuk kuliah sambil bekerja plus 'ngurusin' IMSA (**smile**)? Mana ada waktu untuk bercengkrama dengan anak-anak? Sebenarnya ada waktu, jika kita mengetahui strateginya.


Misalnya, sewaktu menemani anak bermain CD pendidikan di komputer, kita bisa menjelaskan cara mengerjakan/bermainnya, lalu memberi contoh sebentar, lantas bisa kita tinggalkan. Begitu pula dengan buku bacaan dan permainan lainnya. Repotnya ada sebagian ayah yang tidak mau berkumpul dengan anak-anak, terutama yang menjelang dewasa karena takut kehilangan wibawa atau kharismanya. Ini pandangan yang keliru. Yang lebih tepat adalah kita jaga keseimbangan, artinya kita tidak boleh terlalu kaku dalam memegang kekuasaan dan kharisma, tetapi juga tidak boleh terlalu longgar.



5. Bijaksana Dalam Membimbing

Rasulullah SAW bersabda: "... Binasalah orang-orang yang berlebihan ..." (HR Muslim). Jadi metoda yang paling bijaksana dalam mendidik dan mengarahkan anak adalah yang konsisten dan pertengahan - seimbang, yakni tidak membebaskan anak sebebas-bebasnya dan tidak mengekangnya; jangan terlalu sering menyanjung, namun juga jangan terlalu sering mencelanya.


Bila ayah memerintahkan sesuatu kepada anaknya, hendaknya ayah melakukannya dengan hikmah, penuh kasih sayang, dan tidak lupa membumbuinya dengan canda seperlunya. Jelaskan hikmah dan manfaatnya, sehingga anak termotivasi untuk melakukannya. Jangan lupa juga untuk memperhatikan kondisi anak dalam melaksanakan perintah atau aturan tersebut.


Imam Ibnu al-Jauzi mengatakan bahwa melatih pribadi perlu kelembutan, tahapan dari kondisi yang satu ke kondisi yang lain, tidak menerapkan kekerasan, dan berpegang pada prinsip pencampuran antara rayuan dan ancaman.


6. Berdoa

Para nabi selalu berdoa dan memohon pertolongan Allah untuk kebaikan keturunannya. "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala." (Ibrahim:35)


"Segala puji bagi Allah yang telah menganugrahkan kepadaku di hari tua(ku)Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan sholat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah do'aku." (Ibrahim:39-40)



(diambil dari Milis Muslim. Judul Asli '6 karakteristik ayah idaman')
 

Menjadikanmu Wanita Paling Bahagia



"Ijinkan aku berusaha menjadikanmu wanita paling bahagia di dunia" inilah rasa dari sebuah pengorbananku untukmu. Sebuah pengorbanan yang sederhana bila dibanding dengan apa yang sudah kau beri untukku. 

Kau mengajarkanku melatih 'sifat sabar' dibalik kemanjaanmu.
Kau memberi ku ruang mengasah ketajaman mata hati untuk bisa menerima segala kekuranganmu.
Kau menjadi salah satu bahan diskusiku diwaktu malam bersama Tuhan.
Kau menasehatiku bahwa "kebahagiaan hakikinya tidak bisa dibeli dengan uang, karena aku hanya butuh kasih sayang". Begitu katamu.
Kau menjadi ladang amal diatas kucuran keringatku.
Kau menjadi santri terbaik diatas keihlasanmu mencari ilmu yang belum sempat kau pelajari dimasa muda dulu.

Kaulah salah satu amanah disisa ahir hidupku.
Meski terkadang rasa malu harus menindihku diatas ketidak berdayaanku membahagiakanmu mereguk kenikmatan duniawi.

Kalau kau minta untaian berlian, aku hanya bisa memberimu untaian kata hikmah agar kau tak salah arah.
Saat kau minta dibelikan pakaian baru, aku hanya bisa memberimu pakaian dari sisa-sisa payah ketakwaanku.
Jika kau minta dibelikan kendaraan mewah, aku hanya bisa menawarkanmu gerobak iman yang akan mengantarkanmu ke surga idaman.

Sekali lagi, ijinkan aku membahagiakanmu dengan caraku.
Cara yang tidak biasa menjadikanmu sebagai wanita yang paling bahagia didunia dan diakhirat sana.

Mungkin suatu saat nanti, kamu harus menderita lapar karena hidup denganku.
Maka saat itu juga aku akan berkata padamu, "sayang... hanya ini jatah makan kita hari ini yang diberikan oleh Tuhan, masaklah segenggam beras ini untuk kau makan bersama anak-anak, jangan pernah merasa sedih atas apa yang sudah ditentukan Tuhan untuk hidup kita, karena jika kita bersedih hati itu artinya kita termasuk orang yang tidak mampu bersyukur."

Maaf andai aku tidak membelikanmu mesin cuci guna mempermudah pekerjaanmu
Karena aku ingin bajuku dicuci oleh kedua tangan kasih sayangmu
Tahukah kau? beribu malaikat senantiasa mendoakan dan memintakan maghfiroh untukmu saat kau cuci bajuku dengan kedua tanganmu, karena disetiap bilasan akan selalu ada keberkahan.

Aku ingin membahagiakanmu sembari melatih hati kita untuk bisa sepenuhnya mencintaiNya diatas semua cinta yang ada pada hati dan keluarga.

(suatu saat nanti masanya akan tiba)