PANDUAN TENTANG HAID, NIFAS DAN ISTIHADLOH


HAIDL

1. PENGERTIAN HAIDL
Haidl adalah darah yang dikeluarkan wanita yang sudah berumur 9 tahun kurang 16 hari kurang sedikit, dan keluar secara alami (tabiat perempuan) atau dalam keadaan sehat, bukan karena sakit atau melahirkan. WALLOHu A’lam

2. HUKUM MEMPELAJARI TENTANG HAIDL
Mempelajari tentang haidl dan hal-hal yang berkaitan dengannya bagi seorang wanita hukumnya wajib ‘ain. sehingga wajib baginya keluar dari rumah untuk mengaji ilmu tersebut, dan bagi suami haram mencegah istrinya pergi, jika dia tidak mampu memberi pelajaran sendiri. Jika mampu, maka wajib mengajarkanya. WALLOHU A'LAM

3. DALIL-DALIL TENTANG HAIDL
a. Firman Alloh SWT

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًۭى فَٱعْتَزِلُوا۟ ٱلنِّسَآءَ فِى ٱلْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلتَّوَّٰبِينَ وَيُحِبُّ ٱلْمُتَطَهِّرِينَ

Artimyna: Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri[1] dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci[2]. apabila mereka Telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (Al-baqoroh 222)

b. Sabda Rasululloh SAW

هذا شيء كتبه الله على بنات آدم (البخاري-المسلم)

Artinya : haidl adalah sesuatu yang telah ditaqdirkan Alloh kepada cucu-cucu wanita Nabi Adam (HR Bukhori - Muslim). 

3. BATAS MINIMAL WANITA MULAI HAIDL
Perempuan yang mengeluarkan darah dapat dihukumi Haidl, minimal pada usia 9 tahun (hijriah / qomariah) kurang 16 hari kurang sedikit (usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit).

Contoh

Jika anak perempuan berumur 9 tahun (Hijriah) kurang 20 hari 20 malam tepat, mengeluarkan darah selama 10 hari 10 malam. maka darah yang keluar selama 4 hari 4 malam lebih sedikit yang pertama disebut darah istihadloh (darah penyakit). sebab saat itu si anak belum mencapai batas minimal umur wanita yang mengeluarkan darah haidl. Sedangkan darah yang keluar selama 6 hari 6 malam kurang sedikit yang terakhir disebut darah haidl, karena sudah masuk pada batas minimal umur wanita yang mengeluarkan darah haidl.

Catatan:

Yang dijadikan pedoman penentuan status haidl, usia minimal haidl dan lain-lain adalah kalender Hijriah, bukan kalender Masehi. maka sudah seharusnya bagi orang tua untuk membiasakan diri menggunakan penanggalan kalender hijriah dalam menulis atau mencatat kelahiran bayi bukan dengan penanggalan masehi saja. 

4. LAMA WAKTU HAIDL
Batas minimal Haidl adalah 24 jam, baik terus- menerus atau terputus-putus dalam masa 15 hari 15 malam. maksud terus-menerus ialah sekira kapas yang dimasukkan dalam kemaluan wanita masih terdapat darah walau hanya berwarna kuning atau keruh dan tidak sampai keluar pada bagian yang wajib dibasuh pada saat istinja’ (bersuci dari najis).
Adapun darah yang keluar kurang dari 24 jam atau mencapai 24 jam akan tetapi terpisah-pisah dalam waktu lebih dari 15 hari 15 malam tidak disebut darah haidl, tetapi disebut darah istihadloh.
Maksimal masa haidl adalah 15 hari 15 malam sedangkan umumnya adalah 6 hari 6 malam atau 7 hari 7 malam. hal ini berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan Oleh Imam Syafi’i terhadap wanita–wanita Arab.

Peringatan !!!

a) Darah yang keluar dan lamanya tidak jelas (diragukan) apakah sudah mencapai 24 jam atau belum, hukumnya khilaf (diperselihkan antar ulama’). menurut Imam Ibnu Hajar tidak disebut darah haidl. Sedangkan menurut pendapat Imam Romli disebut darah haidl walau terpisah–pisah dalam masa 15 hari 15 malam, serta warnanya lebih dari 1 macam.
b) Jika seorang wanita mengeluarkan darah terputus-putus, maka yang diberi hukum haidl adalah semua waktu keluarnya darah dan waktu terputusnya darah (bukan hanya waktu keluarnya darah saja).
Contoh :
keluar darah 3 hari, putus (mampet) 4 hari, keluar darah lagi selama 1 hari, putus selama 5 hari, keluar darah lagi selama 1 hari. Maka keseluruhan darah yang keluar (14 hari) dihukumi darah haidl. 
c) Jika ada wanita mengeluarkan darah haidl terputus–putus, maka aturan ibadahnya sebagai berikut:
Jika lamanya mengeluarkan darah belum mencapai 24 jam maka dia tidak wajib mandi. Akan tetapi jika lamanya mengeluarkan darah sudah mencapai 24 jam, maka jika sewaktu-waktu darahnya putus, dia harus mandi, sholat, dan lain sebagainya sebagai mana orang suci. jika darahnya masih keluar lagi, maka hukum mandi, ibadah sholat dan puasa yang telah dikerjakan pada waktu putusnya darah tersebut tidak sah. Oleh karena itu ketika masa haidl telah selesai (darah benar-benar tidak keluar lagi) dia wajib mengqodlo’ puasa yang di kerjakan pada hari putusnya darah tersebut dan dia tidak dihukumi berdosa bila melakukan hubungan suami istri pada masa terputusnya darah dikarenakan secara dhohir setatus orang tersebut adalah suci, kemudian bila sewaktu darahya putus (mampet) lagi, maka dia wajib mengerjakan hal-hal seperti di atas lagi. Kemudian jika darah masih keluar lagi maka keseluruhannya tidak sah lagi hukumnya. Begitu seterusnya selama tidak melebihi 15 hari 15 malam (dihitung dari hari pertama mengeluarkan darah).
d) Darah yang keluar saat terasa akan melahirkan dan saat keluarnya bayi, dihukumi haidl jika bersambung dengan darah haidl sebelumnya atau mencapai aqolul haidl. Namun apabila tidak, maka dihukumi darah istihadhoh. Sedangkan darah yang keluar setelah melahirkan akan diterangkan pada bab nifas Insya Alloh.
e) Seorang wanita (baik pernah haidl atau belum), diharamkan sholat dll, (dihukumi haidl sementara) hanya dengan sebab mengeluarkan darah (tidak menunggu 24 jam), selanjutnya, jika ternyata keluarnya darah tidak mencapai 24 jam, maka tidak dihukumi haidl. Sehingga dia harus mengqodlo’ sholat yang ditinggalkan ketika terputusnya darah. Namun sebagian pendapat ulama’ ada yang menyatakan bahwa masa-masa terputusnya darah dihukumi suci. Sehingga apabila pada masa-masa tersebut dia melaksanakan sholat atau puasa, maka hukumnya sah dan tidak wajib mengqodlo’inya. Wallohu A’lam.

5. LAMA WAKTU SUCI DARI DARAH
Minimal masa suci yang memisah antara haidl dan haidl selanjutnya adalah 15 hari 15 malam. Umumnya masa suci adalah 23 hari atau 24 hari. Sedangkan maksimal masa suci tidak terbatas.
Peringatan!!!
Jika seorang wanita mengeluarkan darah kemudian terputus (mampet), yang lamanya kurang dari 15 hari. maka, jika masa suci ditambah masa keluar darah sebelumnya telah mencapai masa 15 hari, lalu mengeluarkan darah lagi, maka darah yang pertama disebut darah haidl dan masa terputusnya darah pertama ditambah awal darah kedua yang menjadi penyempurna 15 hari dihukumi suci. Kemudian, darah selebihnya jika memenuhi syarat haidl disebut haidl.
Contoh :
Seorang wanita mengeluakan darah selama 7 hari, kemudian berhenti selama 13 hari, kemudian keluar darah lagi selama 5 hari, maka darah yang 7 hari pertama disebut haidl lalu masa putus selama 13 hari ditambah awal darah yang kedua, selama dua hari (untuk penyempurna masa maksimal haidl 15 hari) dihukumi suci. kemudian darah selebihnya (3 hari) disebut haidl lagi.
Peringatan !!!
Haidl atau suci yang diusahakan dengan obat itu hukumnya sah. Maksudnya pada waktu haidl yang diusahakan, dia haram melakukan hal-hal yang haram bagi orang haidl. Dan nanti setelah suci tidak wajib mengqodlo’i sholat yang ditinggalkan selama mengeluarkan darah tersebut. begitu juga pada waktu suci yang diusahakan, dia halal melakukan hal-hal yang diperbolehkan layaknya orang suci seperti membaca al-Qur’an, berhubungan suami istri, dan lain sebagainya.

BAB II
NIFAS

1. PENGERTIAN NIFAS
Nifas adalah darah yang dikeluarkan wanita setelah lahirnya seluruh anggota badan bayi. Sedangkan darah yang dikeluarkan pada saat terasa akan melahirkan dan darah yang dikeluarkan bersamaan dengan bayi itu hukumnya tafshil (diperinci), sebagai berikut : 
1) Jika bersambung dengan haidl sebelumnya atau mencapai masa minimal haidl yaitu 24 jam, maka dihukumi darah haidl. Contoh :
Wanita hamil (sebelum terasa akan melahirkan) mengeluarkan darah selama 3 hari, kemudian melahirkan dan darah terus keluar sampai 20 hari setelah melahirkan maka darah yang keluar selama 3 hari sebelum melahirkan ditambah yang keluar bersama dengan bayi dihukumi haidl, sedangkan darah yang keluar setelah melahirkan (20 hari) dihukumi nifas.
2) jika tidak bersambung dengan haidl sebelumnya dan tidak memenuhi syarat-syarat haidl, maka dihukumi darah istihadloh. Contoh :
Seorang wanita hamil mengeluarkan darah selama 5 hari kemudian darah berhenti selama 1 hari, lalu ia melahirkan dan keluar darah selama 20 hari, maka darah yang keluar selama 5 hari pertama disebut darah haidl dan darah yang Keluar saat melahirkan dan keluar bersamaan dengan bayi disebut darah istihadloh. Untuk darah yang keluar setelah melahirkan selama 20 hari disebut darah nifas, sedangkan 1 hari masa tidak keluar darah di hukumi suci yang memisah diantara haidl dan nifas.Wallohu A’lam.

2. LAMA WAKTU NIFAS 
Minimal nifas adalah satu tetes (sebentar) walaupun basahnya darah tidak sampai mengalir. Umumnya nifas adalah 40 hari. Sedangkan batas maksimal nifas adalah 60 hari 60 malam dihitung mulai dari lahirnya bayi.
Contoh :
Seorang wanita melahirkan pada tanggal 01, mulai keluar darah tanggal 11, maka hitungan genapnya 60 hari terhitung mulai dari tanggal 1 (tidak dari tanggal 11). Sedangkan dihukumi nifas (yang diharamkan sholat dan lain sebagainya ) mulai tanggal 11. Dan masa antara melahirkan dan keluar darah dihukumi suci, sehingga dia tetap diwajibkan sholat, halal (boleh) disetubuhi dan lain sebagainya.
Peringatan!!!
a. Tenggang waktu antara kelahiran bayi dan keluarnya darah nifas ialah maksimal 15 hari, dan jika keluarnya darah setelah jarak 15 hari dari kelahiran, maka disebut haidh (bukan nifas).
b. Jika seorang ibu melahirkan 2 bayi kembar atau lebih, maka yang dihukumi nifas adalah darah yang keluar setelah lahirnya bayi yang terakhir.
c. Jika seorang wanita melahirkan kemudian mengeluarkan darah terputus-putus, maka hukumnya diperinci sebagai berikut : 
1. Jika darah yang keluar belum melebihi masa 60 hari dari hari kelahiran bayi, dan masa terputusnya darah tidak mencapai 15 hari, maka keseluruhannya dihukumi darah nifas. Tetapi setiap kali terputus, dia wajib melakukan hal-hal yang wajib bagi orang yang suci. 
Contoh
Setelah melahirkan, keluar darah selama 5 hari, kemudian putus selama 14 hari, keluar lagi selama 10 hari, putus lagi selama 13 hari, keluar lagi selama 8 hari. Maka keseluruhan darah yang keluar beserta masa putus-putusnya (50 hari) semuanya dihukumi nifas. Dan pada waktu terputusnya (mampet) darah yang pertama dan kedua diwajibkan mandi, sholat dan sebagainya.
2. Jika darah yang pertama masih dalam masa 60 hari 60 malam dari hari lahirnya bayi, dan darah yang kedua diluar masa 60 hari 60 malam setelah hari keluarnya bayi, maka darah awal disebut darah nifas dan darah kedua disebut darah haidl (bila memenuhi ketentuannya). Sedangkan masa-masa terputusnya darah dihukumi suci yang memisah antara haidl dan nifas.
Contoh
Seorang wanita setelah melahirkan mengeluarkan darah selama 59 hari, kemudian putus selama 2 hari, kemudian keluar lagi 5 hari.
Maka darah yang keluar selama 59 hari dihukumi darah nifas dan yang keluar selama 5 hari dihukumi darah haidl sedangkan masa terputusnya darah selama 2 hari di hukumi suci.
3. Jika keseluruhan darah yang keluar masih dalam masa 60 hari 60 malam dari lahirnya bayi, akan tetapi masa berhentinya darah sudah sampai 15 hari atau lebih. Maka darah sebelum berhenti dihukumi nifas dan darah yang keluar setelah berhenti dihukumi haidl (bila memenuhi ketentuan haidl), dan bila tidak memenuhi ketentuan haidl maka dihukumi darah istihadhoh.
Contoh:
setelah melahirkan keluar darah selama selama 10 hari, kemudian mampet selama 16 hari, keluar lagi selama 5 hari.
Maka darah yang keluar selama 10 hari dihukumi darah nifas, yang keluar selama 5 hari dihukumi darah haidh, dan masa selama 16 hari dihukumi suci.

BAB III
ISTIHADLOH

Secara bahasa Istihadloh mempunyai arti mengalir, dan secara syara’ istihadloh memiliki arti darah penyakit yang keluar dari kelamin wanita, yang tidak sesuai dengan ketentuan darah haidl dan darah nifas.
Sebelum membahas masalah istihadloh maka yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah mengetahui sedetail mungkin antara darah kuat dan lemah.
Kuat dan lemahnya darah dapat ditentukan dengan melihat warna dan sifat (bau dan kadar kekentalan) darah sebagai mana penjelasan berikut : 
a. Tentang keadaan darah :
1. Warnanya :
  • Hitam
  • Merah
  • Klawu
  • Kuning
  • Butek (keruh)
2. Berbau busuk atau tidak Berbau busuk
3. Encer atau kental
b. Tentang keadaan wanita yang mengeluarkan darah, apakah dia pernah mengalami haidl secara normal (tidak istihadloh) atau belum. Jika sudah pernah mengalami haidl secara normal, maka diperinci lagi sebagaimana berikut :
  • Ingat berapa lama kebiasaan haidlnya atau tidak ?
  • Ingat kebiasaan sucinya atau tidak?.
Dan begitu juga istihadloh yang berkaitan dengan nifas (istihadloh fin nifas), yakni seorang wanita yang mengeluarkan darah setelah melahirkan lebih dari 60 hari, maka diperinci terlebih dahulu darah yang dikeluarkannya.

BAB IV
TATA CARA SHOLAT BAGI WANITA ISTIHADLOH

Wanita yang istihadloh dan orang yang beser air seni tetap diwajibkan solat dan lain-lain, karena dia dihukumi suci (bukan haidl)
Sebelum berwudlu mereka harus mengikuti aturan-aturan sebagai berikut : 
1. Mencuci kemaluan dari najis yang keluar.
2. Menyumbat alat kelamin dengan kapas atau yang sejenis, Hal ini dilakukan jika tidak timbul rasa sakit saat disumbat, namun jika dia sedang berpuasa maka hal itu (penyumbatan) harus dihindari pada siang hari karena akan menyebabkan batalnya puasa. Dalam penyumbatan ini, tidak dianggap cukup bila penyumbat hanya dimasukkan pada bagian yang tidak wajib disucikan pada waktu istinja’ Namun harus dimasukkan kebagian dalam alat kelamin, agar waktu solat tidak dihukumi membawa sesuatu yang terkena najis. Dan jika darah yang keluar terlalu banyak sehingga menembus penyumbat, maka diperkenankan membalut bagian luar alat kelaminnya saja, dikarenakan dlorurot.

Semua ketentuan di atas, mulai mencuci alat kelamin sampai mengerjakan solat harus dilakukan dengan segera, maka jika setelah wudlu kemudian berhenti (tidak segera sholat), Untuk kepentingan selain kemaslahatan sholat, seperti: makan, minum, dan lain sebagainya, maka diwajibkan lagi mencuci alat kelaminnya dan melakukan hal-hal yang selanjutnya, sedang jika dia berhenti (tidak segera melakukan sholat) karena kemaslahatan sholat, seperti: menutup aurat, menanti jama’ah, menjawab adzan, dan lain sebagainya, maka hukumnya diperbolehkan (tidak diharuskan mengulangi bersuci kembali).
Catatan :
  • Jika darahnya keluar karena kurang kuatnya pembalut. Maka bersucinya batal dan pembalutnya harus dilepas, kemudian bersuci dari awal lagi. Bagi wanita yang kesakitan memakai penyumbat dan wanita yang berpuasa maskipun hanya puasa sunnat, maka tidak wajib memakainya, sebab memakai penyumbat bisa membatalkan puasanya.
  • Mereka dalam berwudlu tidak boleh berniat menghilangkan hadats atau bersuci dari hadats. Hal ini tidak boleh karena hadatsnya tidak pernah putus, akan tetapi harus berniat agar diperbolehkan menjalankan ibadah fardlu atau agar diperbolehkan solat, yaitu:

نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لاِسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

“Nawaitul wudluua listibaahatissolaati fardlol lillaahi ta’ala”
  • Semua ketentuan di atas mulai mencuci alat kelamin sampai berwudlu’ harus dilakukan setelah masuk waktu sholat dan setiap akan melakukan solat fardlu.
  • Setiap kali akan berwudlu harus mengganti pembalut dengan yang baru dan rapat.
Peringatan!!!
1. Bagi orang yang selalu dalam keadaan berhadats (orang yang istihadloh atau beser), jika melaksanakan sholat dengan duduk istihadlohnya tidak keluar, maka dia diwajibkan sholat dengan duduk dan setelah sehat tidak wajib menqodlo’ (I’adah).
2. Bagi orang yang selalu berhadats dan dia punya dugaan kuat bahwa di akhir waktu ada selang waktu terputusnya hadats yang sekira cukup untuk bersuci dan mengerjakan solat, maka wajib mengakhirkan sholatnya, agar dapat mengerjakan sholat dalam keadaan suci yang sempurna.
3. Orang beser sah (boleh) menjadi imam sholat, walaupun ma’mumnya tidak beser.
Wanita yang istihadloh tapi ia yakin bahwa darah yang keluar adalah istihadloh (ghoiru mutakhayyiroh / tidak kebingungan), dia juga sah (boleh) menjadi imam sholat, walaupun ma’mumnya tidak istihadloh.
Sedangkan wanita istihadhoh yang kebingungan (mutahayyiroh) apakah darah yang keluar dihukumi haidl atau istihadloh, maka tidak boleh menjadi imam walupun makmumnya juga istihadloh.

BAB V
HAL-HAL YANG DIHARAMKAN BAGI ORANG HAIDL ATAU NIFAS

Hal-hal yang diharamkan bagi orang haidl atau nifas ada 11 (sebelas) macam, yaitu :
1. Sholat
2. Towaf
3. Menyentuh Al-Qur’an
4. Membaca Al-Qur’an
5. Membawa Al-Qur’an
6. Berada di dalam masjid
7. Berpuasa
8. Dicerai
9. Lewat di dalam masjid, jika dia kawatir akan menetesnya darah
10. Bersentuhan kulit antara pusar dan lutut dengan suami walaupun tidak shahwat, atau bersetubuh meskipun alat kelaminnya dibalut.
11. Berwudlu atau mandi menghilangkan hadats

Peringatan!!!
  • Jika haidl atau nifas, maka ke-sebelas (11) hal di atas tetap diharamkan selama dia belum mandi, kecuali puasa dan tolaq (cerai).
  • Puasa yang ditinggal karena haidl atau nifas wajib diqodlo’.Sedangkan sholat yang ditinggalkan karena haidl atau nifas haram diqodlo’ dan tidak sah. 
  • Haidl dan nifas bisa dinyatakan putus jika benar-benar darah tidak keluar. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara memasukan kapas, dan tidak ditemukan bercak-bercak darah.
BAB VI
SHOLAT YANG DI QODLO’ AKIBAT HAIDL ATAU NIFAS

Yang mencegah kewajiban sholat (menurut istilah ulama disebut mani’ atau mawani’) ada 7 (tuju) macam, yaitu :
1. Haidl.
2. Nifas.
3. Gila.
4. Ayan / Epilepsi.
5. Mabuk yang tidak disengaja.

Ke-5 (lima) hal di atas setelah hilang dapat terjadi lagi. Sedangkan 2 (dua) hal sisanya selanjutnya tidak dapat terjadi lagi, yaitu : 
1. Sifat kanak-kanak.
2. Kufur asli (bukan muratad).
Jika salah satu dari 5 (lima) mani’ di atas terjadi setelah masuk waktu solat, maka :
Bila tenggang waktunya hanya cukup untuk mengerjakan sholat, baik bagi orang yang cara bersucinya bisa dikerjakan sebelum masuk waktu sholat (orang yang bukan da’imul hadats). maupun bagi orang yang cara bersucinya harus dikerjakan setelah masuk waktu sholat (orang yang da’imul hadats).
Maka kelak setelah hilangnya mani’, hanya wajib menqodlo’ solat waktu tibanya mani’ saja (tidak wajib mengqodlo’ solat waktu sebelumnya atau sesudahnya meskipun dapat dijama’.
peringatan!!!
Dalam masalah ja-almani’ (mulai tibanya penghalang sholat) ini banyak orang yang salah faham, sehingga ada yang mewajibkan mengqodlo’ sholat waktu sebelum tibanya mani’. Dan sebagian yang lain mewajibkan mengqodlo’ sholat waktu sesudah tibanya mani’. Kedua pendapat di atas tidaklah tepat, berdasarkan kitab-kitab fiqih yang sebagian telah dikutip dalam buku “Haidl Dan Masalah-Masalah Wanita Muslim ”.
Sebenarnya masalah qodlo’ sholat yang menjalar itu, hanya untuk orang yang mempunyai 2 (dua) mani’ dan dua syarat pula, yaitu:
1. Mani’ yang pertama menghabiskan waktu sholat yang pertama (dzuhur atau maghrib).
2. Mani’ yang kedua mulai tiba setelah hilangnya mani’ pertama dengan tenggang waktu yang cukup/ bisa untuk mengerjakan 2 (dua) kali sholat (sholat waktu tibanya mani’ yang kedua).
Contoh :
1. Sesesorang mengalami gila mulai pagi hari dan pada sore hari jam 16:00 (empat sore) baru sadar, kemudian belum sampai mengerjakan sholat ’asar pada jam 16:30 (setengah lima sore) dia mengalami gila lagi maka besok diwajibkan mengqodlo’ sholat ‘asar dan dzuhurnya.
2. Seseorang yang Epilepsi / Ayan mulai sadar jam 20:00 (delapan malam), kemudian jam 21:00 (sembilam malam) belum sampai mengerjakan sholat ‘isya dia haidl maka dia diwajibkan mengqodlo’ sholat ‘isyak dan magribnya.
Bagi yang hilang mawani’-nya (beberapa hal yang menghalangi sholat) dalam waktu dzuhur, maghrib, atau subuh (waktu sholat yang tidak dapat dijama’dengan sholat sebelumnya), dia hanya diwajibkan mengerjakan sholat waktu hilangnya mani’ saja.
Dan setelah hilangnya mawani’, jika sisa waktu sholat masih cukup untuk bersuci dan mengerjakan sholat 1 (satu) roka’at maka sholatnya wajib dikerjakan dengan ada’ dan jika tidak cukup, maka sholatnya dengan qodlo’.
Sedang bagi orang yang hilang mawani’-nya dalam waktu sholat ashar atau sholat isya’ (waktu sholat yang bisa dijama’ dengan waktu sebelumnya) meskipun sisa waktunya hanya cukup untuk mengucap takbirotul ikhrom (lafadz Allohu Akbar) maka dia diwajibkan mengerjakan sholat waktu itu.
Setelah hilang mawani’ waktu sholat masih cukup untuk bersuci dan mengerjakan 1 (satu) roka’at, maka sholatnya wajib dikerjakan dengan ada’. Dan jika sudah tidak cukup, maka sholatnya dikerjakan dengan qodlo’. dalam hal ini (hilangnya mawani’ dalam waktu sholat asar atau sholat isya’) dia juga diwajibkan mengqodlo’ sholat sebelumnya.
Contoh :
1. Putus haidl jam 13:00 (satu siang), maka dia diwajibkan sholat dzuhur dengan ada’.
2. Putus haidl pada waktu sholat dzuhur tinggal setengah menit, maka diwajibkan sholat dzuhur dengan qodlo’.
3. Putus haidl jam 16:00 maka dia diwajibkan sholat asar dengan ada’[3] dan mengqodlo’[4] sholat dzuhur.
4. Putus haidl pada waktu asar tinggal setengah menit, maka dia wajib sholat asar dan sholat dzuhur dengan qodlo’ semuanya.

BAB VII
KEPUTIHAN DAN CAIRAN YANG KELUAR DARI VAGINA

Keputihan adalah getah yang keluar dari vagina, yang di timbulkan infeksi jamur. Dalam ilmu kedokteran disebut jamur Candida. Kehangatan dan kelembaban vagina, merupakan tempat yang ideal untuk timbulnya jamur. Cairanya berwarna putih, kental, keruh dan kekuning-kuningan. Biasanya rasanya gatal. Membuat vagina meradang dan luka.

- Penyebab timbulnya keputihan di antara:
a. Menopaus.
Yaitu masa yang sudah tidak keluar haidl, tetapi ada yang selalu membasahi dinding vagina dan mempertahankan vagina tetap segar dan sehat.
b. Pil penghambat atau penyubur kehamilan.
Hal ini disebabkan, pil tersebut mempunyai efek mengurangi ketahanan pelindung vagina dari infeksi jamur.
c. Efek dari kontrasepsi dalam rahim
d. Stres
e. Celana yang terbuat dari nilon
f. Celana ketat
g. Sabun bubuk pembersih

- Cara mengobati keputihan di antaranya :
a. Mendatangi dokter atau klinik khusus.
b. Ramuan ramuan alami[5]
Seperti merendam 8 butir bawang putih dalam air cukak kurang lebih 2 hari sampai minyak bawang terurai, kemudian ambil satu sendok makan dan campur dengan setengah liter air, digunakan untuk membersihkan vagina dua hari sekali selama seminggu.
Atau satu butir bawang putih dibelah jadi dua, lalu bungkus dengan kain ayakan, masukkan dalam vagina dan biarkan selama kira-kira semalam.

- Perlindungan diri dari keputihan di antaranya :
1. Memelihara kesejukan daerah genital (sekitar vagina).
2. Menjaga kebersihan.
3. Mencuci pakaian dengan air mendidih, tanpa sabun.
4. Menjauhi aktifitas secara berlebihan. 

Apakah getah vagina termasuk darah haidl ?
Dalam kitab-kitab fiqih dijelaskan. Bahwa haidl adalah darah yang keluar dari urat (otot ) yang ujungnya terdapat pada uterus (pangkal rahim / aqso al-rohmi) dan punya warna, sifat, serta masa yang khusus. Sedangkan istihadloh adalah darah yang keluar dari urat di bawah uterus (adna al-rohmi) di luar masa haid.[6]
Dengan demikian getah vagina dan keputihan, bukanlah darah haidl dan istihadloh. Karena keluar dari luar anggota tersebut. Yang dalam istilah fiqih dikatagorikan Rurubatul Farji (caiaran farji), dan hukumnya sebagai berikut :[7]
1. Bila keluar dari balik liang farji (anggota farji bagian dalam yang tidak terjangkau penis saat bersenggama), maka hukumnya najis dan menyebabkan batalnya wudlu, sebab keluar dari dalam tubuh. 
2. Bila keluar dari liang farji (anggota farji yang tidak wajib dibasuh ketika istinja’ dan masih terjangkau penis saat bersenggama). Maka hukumnya suci. menurut sebagian ulama.
3. Bila keluar dari liang farji (anggota farji yang tampak ketika jongkok), maka hukumnya suci.
Dengan demikian, karena keputihan dan cairan yang keluar dari farji bukan darah haidl, maka tidak mewajibkan mandi. Namun bila cairan tersebut dihukumi najis (keluar dari dalam tubuh), maka harus disucikan hendak melaksanakan wudlu dan sholat. Dan jika terus menerus keluar maka hukumnya seperti istihadloh yang tata cara bersucinya serta ibadahnya telah dijelaskan dalam Bab IV.[8] 



والله أعلم



[1] maksudnya menyetubuhi wanita di waktu haidh.
[2] ialah sesudah mandi. Adapula yang menafsirkan sesudah berhenti darah keluar.
[3] mengerjakan sholat pada waktunya.
[4] mengerjakan sholat yang telah ditinggalkan(nyaur sholat-jawa).
[5] .keputihan adji darma dan fx budianto hal 3,3,41,51,63.
[6] Referensi : I’anatutyolibin juz 1 hal :71 - 72
[7] Referensi : I’anatutuholibin juz 1 hal 86 dan hasiah qolyubi ala al-mahalli juz 1 hal : 71
[8] .Referensi :1. Al- mahalli juz 1 hal : 101-102 2. Tuhfah al-muhtaj juz 1 hal : 645-646
   

UMMAHAATUL MU'MINIIN, ISTRI-ISTRI NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WASALLAM


Lihat daftar garis nasab kenabian (dari nabi Ibrohim 'Alaihissalaam) dan pertemuan (pernikahan) para istri nabi dengan beliau sendiri dipaparkan ada sebelas orang yang mana garis nasab mereka dekat dengan Nabi Saw sendiri, yang diambil dari catatan sirah mereka:

1. Juwairiyah putri al-Harits bin Abi Dhirar bin Habib bin A’idz bin Malik bin al-Musthaliq al-Khuzaiyah Radhiallaahu 'Anhaa, beliau dari bangsa Qahtaniyah (kemungkinan)

2. Shafiyyah binti Huyyay bin Akhtab bin Abi Yahya bin Ka'ab bin Al-Khazraj An-Nazhriyyah, dari dzuriyah Nabi Harun 'Alaihissalaam dan bersambung nasabnya ke Nabi Ya'qub bin Ishaaq bin Ibrohim 'Alaihimus Sholaatu Wassalaam

Keduanya diatas adalah di luar nasabnya dari garis kenabian Nabi Ismail bin Ibrohim 'Alaihimus Sholaatu Wassalaam 

3. Khadijah Radhiallaahu 'Anhaa binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushay, Dan Qushay adalah merupakan kakek kanjeng Nabi generasi kelima di atas beliau 

4. Zaenab putri Khuzaimah Radhiallaahu 'Anhumaa bin al-Harits bin Abdullah bin Amr bin Abdu Manaf bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’a bin Muawiyah dan bersambung nasabnya dari Qoys 'aylaan bin Mudhor, Dan Mudhor adalah kakek kanjeng Nabi generasi kedelapan belas di atas beliau 

5. Maimunah binti al-Harits Radhiallaahu 'Anhumaa bin Hazn bin Bujair bin al-Harm bin Ruwaibah bin Abdullah bin Hilal bin Amir bin Sha’sha’a bin Muawiyah, dan nasabnya bersambung sama seperti Zaenab binti Khuzaimah Radhiallaahu 'Anhumaa 

6. Zaenab Radhiallaahu 'Anhaa binti Jahsy bin Riab bin Ya’mur bin Shabirah bin Murrah bin Kabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad bin Khuzaimah, dan Khuzaimah adalah kakek Kanjeng nabi generasi kelima belas di atasnya. Dan dia punya keterlibatan juga (dalam nasab) dari ibunya Umaymah binti 'Abdul Muthollib (bibinya Nabi Saw sendiri) 

7. 'Aisyah binti abu Bakar (sahabat Nabi Saw), dan ayahnya (Abu Bakar bin 'Utsman/Abu Quhofah) nasabnya bersambung sampai ke Taym bin Murroh, dan Murroh adalah kakek Nabi Saw generasi ketujuh di atasnya. 

8. Ummu Salamah (Hindun) binti Abu Umayyah (Khudzaifah) bin Mughiroh bin Abdullah bin Umar bin Makhzum bin Yaqadzh bin Murroh, Dan Murroh adalah kakek Nabi Saw generasi ketujuh di atasnya. 

9. Ummu Habibah (Romlah) binti Shokhr (Abu Shufyan) bin Harb bin Umaiyyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf, dan Abdu Manaf adalah kakek kanjeng nabi generasi keempat di atasnya. 

10. Hafshoh binti 'Umar (sahabat Nabi Saw) Radhiallaahu 'Anhumaa bin Al-Khottob, dan bersambung nasabnya dari 'Ady bin ka'ab, dan ka'ab adalah kakek Nabi Saw generasi kedelapan di atasnya. 

11. Saudah Radhiallahu 'anhaa binti Zam’ah bin Qois bin Abdu Syams bin Abdu Wud bin Nasr bin Malik bin Hisl bin Amir bin Luayyi, dan Lu'ayyi adalah kakek Nabi Saw generasi kesembilan di atasnya. 

'Aisyah Radhiallahu 'Anhaa adalah satu-satunya orang yang menikah dengan Nabi Saw masih dalam keadaan perawan. 

Kesemua istri Nabi Saw wafat setelah kanjeng Nabi wafat kecuali Khadijah (Penguhulu para wanita dunia) dan Zaenab binti Khuzaimah Radhiallaahu 'Anhumaa. 

Kesemuanya dimaqamkan di pemakaman Baqi' kecuali Khadijah yang dimakamkan di Hujun Makkah dan Maymunah di makam Sarif. 

Refrensi : Kitab Maulid Barzanji Natsar, KitabAhlu Bayt Baina Madrasatain Bahtsu 'An Hawiyyah Ahlul Bayt Al-Haqiqiyyah Baina Madrasatain Al-I'tidaal Wal-Ghuluw.

Kisah Sahabat Rasulullah yang Mensucikan Diri Dari Zina



Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di dalam masjid bersama para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang wanita yang kemudian masuk ke dalam masjid. Dengan ketakutan, wanita tersebut mengaku kepada Rasulullah bahwa dia telah berzina. Mendengar hal itu, memerahlah wajah Rasulullah SAW seperti hampir meneteskan darah. Kemudian beliau bersabda kepadanya, Pergilah, hingga engkau melahirkan anakmu.

Sembilan bulan berlalu, wanita itu akhirnya melahirkan. Dihari pertama nifasnya, dia datang kembali membawa anaknya, dan berkata kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina
Rasulullah melihat kepada anak wanita tersebut, dan bersabda: Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.

Dengan sedih, wanita itu akhirnya kembali lagi kerumahnya.

Tiga tahun lebih berlalu, namun si wanita tetap tidak berubah pikiran. Dia datang kembali kepada Rasulullah untuk bertaubat. Dia berkata: Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!

Rasulullah SAW bersabda kembali kepada semua yang hadir disana, Siapa yang mengurusi anak ini, maka dia adalah temanku di surga

Sesaat kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut dirajam. Setelah wanita tersebut meninggal, beliaupun menshalatinya.

Melihat hal tersebut, umar Bin Khatab merasa sangat heran sekali. Beliau berkata: Engkau menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina!.

Rasulullah kembali bersabda: Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, yang seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah? (HR. Ahmad)

Contoh Pidato Bahasa Inggris



Assalamu’alaikum  Wr.  Wb.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
اّلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَاْلعَقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ. فَلاَعُدْوَانَ اِلاَّ عَلَىالظَّالِمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ, وَعَلَىآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ.
Respoectable protocol
Dear speakers.
Your excelencies presidents of meeting club.
And my loving brothers.

It is very great pleasure for me in this precious chance to deliver my speech to the most honoroble audience entitled.

THE ROLE OF THE FAMILY

IN ISLAMIC SOCIETY

I’m greatly indebted to the protokol who has assigned me and provided me the time to be a speaker in this bright night (day).

Before coming to the main issue, the role of the family in Islamic Society, let us first thank God Allah, the Almighty, who has created us from single “soul” and from it created its mate and from the two dispersed men and women in multitudes.

Peace and salutation be upon the noble messenger Muhammad (peace be upon him) the last Prophet who has been sent to all mankind to improve and perfect the ethical and moral behavior of his ummah.

All Muslim Brothers of mine !
Islamic society is composed of inviduals and families who are governed by normal laws given by the Qur’an and Sunnah. Islam, which stands peace and harmony, demands from its followes, mutual love and affection, co-ordination ang co-operation, and peaceful c0-existensi in the society.

Therefore, its teaching revolve round the ethical and moral behevior of individuals and families. In fact, God’s purpose of sending the Prophets was to train the humanity in adopting good morals. Our prophet Muhammad (peace be upon him) has said in one of his famous saying :

" اِنَّمَابُعِثْتُ لاُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ ".

 “Verily, I have been sent to improve and perfect the ethical and moral behavior.”

The law and moral preceptts Islamic society, all emanate from the single source, Allah’s Revelation, presertved in the Qur’an and Sunnah. The moral values of Islamic society are completely different from the traditions of the modern profane society. As against shaky man-made laws, the Islamic society provided solid moral babes for social and cultural life of man. On these bases, the Right is distinguished from Wrong, Virtue from Vice.

In order bring peace and harmony in the society, Islam exhorts the individuals and families to regulate their lives according to principles of justice, fellow-feling, c0-0peration in doing good and non-cooperation in evils, honesty, sincerity, mercy on orphans, helping the needy and poor, showing utmost respect to parents, keeping good relation with neighbors.

Accrording to Islam, the forbidden act will result in the disruption of peace in society defeat the purpose of Islam Allah says :

 

" إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ.

“Faihful are surely brothers, so restore friendship among yaur brothers.”

And the Prophetic saying :
اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“A Muslim is one from whose hand and tongue the other Muslims are safe”.

Islam, through its moral teachings, tries to create a virtuous society in which the standart of right and wrong is the pleasure of God Allah alone. In such a society, the feelings of sympatthy, socrifice, mutual love and affection, co-operation and the tight of parents, children, near relatives, neighbors, poor and needy are safeguarded.

My brothers ! Those are all my speeches, let’s reflect on this problem, that is how to create virtuous society though harmonious and peacefud family. Finally, I beg yaur pardon if yau get some mistakes, I say ……..

Wassalamu’alaikum Wr.  Wb.

Kertosono. 11 januari 2013 M

Contoh Pidato Bahasa Arab



اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهٌ.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ.
اّلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَاْلعَقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ. فَلاَعُدْوَانَ اِلاَّ عَلَىالظَّالِمِيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى اَشْرَفِ اْلاَنْبِيَاءِ وَاْلمُرْسَلِيْنَ, وَعَلَىآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ.

حَضْرَةُ رَئِيْسِ اْلجَلَسَةِ.
اَيُّهَااْلمُسْتَمِعُوْنَ اْلُحْتَرَمُوْنَ.
يَارَئِيْسَ اْلمُحَاضَرَةِ اْلمُكَرَّمَ.
وَيَااِخْوَانىِ اْلأَحِبَّاءُ رَحِمَكُمُ اللَّهُ.
أَسْكُرُ رَئِيْسَ اْلجَلَسَةِ الَّذِىْ قَدْ اَعْطَانِى اَلْفُرْصَةَ النَّفِيْسَةََََ ِلإِلْقَاِْ خُطْبَتِى اَلْمُخْتَصَرَةِ فِىهَذِهِ اْلمُنَاسَبَةِ اْلمُبَارَكَةِ اَمَامَكُمْ تَحْتَ مَوْضُوْعٍ.
-[  دَوْرُ اْلاُسْرَةِ فِىاْلمُجْتَمَعِ اْلإِسْلاَمِى  ]-

وَقَبْلَ اَنْ اَتَكَلّمَ عَنْ هَذِهِ اْلمَسْأَلَةِ اَلْمُهِمَّةِ اَلَّتِى كُنْتُ بِصَدَدِهَا اَعْنِى" دَوْرَاْلأُسْرَةِ فِىاْلمُجْتَمَعِ اْلإِسْلاَمِى" اَدْعُوْكُمْ اَنْتَشْكُرُوْا اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ اَلَّذِى خَلَقَنَا مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجِالاٍ كَثِيْرًا وَّنِسَاءً.

وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَىاَسْرَفِ اْلمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاتَمِ اْلنَّبِيِّيْنَ اْلمُرْسَلِ اِلَى كَافَةِ النَّاسِ لِيُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ.

 

اِخْوَانىِ اْلمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهُ.

اَلْمُجْتَمَعُ اْلإِسْلاَمِى مُكَوَّنٌ مِنَ اْلأَفْرَادِ وَاْلاُسَرِ وَهُمْ مَأْمُوْرُوْنَ بِأَدَاءِ اْلأْحْكَامِ اَلَّتِى قَرَّرَهَا اْلقُرْآنُ وَاْلحَدِيْثُ النَّبَوِئُّ.

اَلإِسْلاَمُ يَعْنِىاَلسَّلاَمَ وَاْلوِفَاقَ يُطَالِبُ مِنْ جَمِيْعِ مُعْتَنِقِيْهِ اْلحُبَّ اْلمُتَبَادِلَ وَالرَّحْمَةَ اْلمُتَبَادِلَةَََ وَالتَّرَابُطَا وَالتَّعَاوُنَ وَالتَّعَايُسَ السِّلْمِيَّ فِىاْلمُجْتَمَعِ.

وَعَلَىذَلِكَ فَكَانَتْ تَعَالِيْمُ اْلإِسْلاَمِ تَدُوْرُ حَوْلَ اَخْلاَقِ وَسُلُوْكِ اْلاَفْرَادِ وَاْلاُسَرِ.
وَفِىاْلوَاقِعِ كَانَ غَرَضُ اِرْسَالِهِ تَعَالَى اَلْأَنْبِيَاءَ لِتَمْرِيْنِ النَّاسِ عَلَى قَيُوْلِ اْلأَخْلاَقِ اْلحَسَنَةِ. قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِىحَدِيْثِهِ اْلمَشْهُوْرِ: " اِنَّمَابُعِثْتُ لاُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ ".

اِخْوَانىِ اْلمُسْلِمُوْنَ السُّعَدَاءُ رَحِمَكُمُ اللَّهُ !
اَلْقُرْآنُ وَاْلحَدِيْثُ هُمَا وَحْيٌ اِلَهِيٌّ وَكَانَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مَصْدَرًا لِلْقَواَنِيْنِ وَاْلاَخْلاَقِ لِلْمُجْتَمَعِ اْلإِسْلاَمِى.
فَقِيْمَةُ اْلاَخْلاَقِ فِىاْلمُجْتَمَعِ اْلإِسْلاَمِى مُخْتَلِفَةٌ مَعَ قِيْمَةِ عَادَاتِ اْلمُجْتَممَعِ الكَافِرِ وَهَيَ اَيْضًا مُخْتَلِفَة ٌمَعَ اْلقَوَانِيْنِ الَّتِى وَضَعَهَا النَّاسُ الضُّعَفَاءُ.
وَقَدْ اَعْطَى اْلإِسْلاَمُ اَسَاسَ اْلاَخْلاَقِ اْلمَتِيْنِ لِحَيَاةِ النّاسِ وَثَقَافَتِهِمْ. وَعَلَى هَذَا اْلاَسَاسِ يُفَرَّقُ الصَّوَابُ مِنَ اْلخَطَأِ وَاْلحَسَنُ مِنَ اْلسَّيِّئِ .
وَلِلْحُصُوْلِ عَلَى السَّلاَمِ وَالوِفَاقِ فِىاْلمُجْتَمَعِ نَبَّهَ اْلإِسْلاَمُ اْلفَرْدَ وَاْلمُجْتَمَعَ اَوِاْلاُسْرَةَ اَنْ يُنَظِّمُوْا حَيَاتَهُمْ عَلَى اَسَاسِ اْلعَدْلِ وَحُسْنِ الصُّحْبَةِ وَالتَّعَاوُنِ عَلَى اْلبِرِّ وَعَدَمِ التَّعَاوُنِ عَلَىاْلإِسْمِ وَاْلعُدْوَانِ وَعَلَى اَسَاسِ الصِّدْقِ وَاْلإِخْلاَصِ وَحُبِّ اْليَتَامَى وَمُسَاعَدَةِ اْلفُقَرَاءِ وَاْلمَسَاكِيْنِ وَاحْتِرَامِ اْلوَالِدَيْنِ اِحْتِرَامًا فَائِقًا وَاحْتِرَامِ حُقُوْقِ اْلجَارِ.

اَيُّهَااْلحَاضِرُوْنَ اْلمُسْتَمِعُوْنَ اْلكِرَامُ !
فَالْإِسْلاَمُ يَرَى اَنَّ اْلاَعْمَالَ اْلمَنْهِيَّةَ تُسَبِّبُ فَسَادَ السَّلاَمِ فِىاْلمُجْتَمَعِ وَهِىَ اَيْضًا تُضَيِّعُ اْلحِكْمَةَ اَلَّتِى جَاءَ اْلإِسْلاَمُ لِتَأْسِيْسِهَا لِلْمُجْتَمَعِ اْلإِنْسَانِى.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَىفِى كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ : " إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ " وَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ اْلمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ.

أِخْوَانِى اْلمُسْلِمُوْنَ السُّعَدَاءُ  !
اَلْأِسْلاَمُ بِوَاسِطَةِ تَعَالِيْمِهِ اْلخُلُقِيَّةِ يَسْعَى اَنْ يَجْعَلَ اْلمُجْتَمَعَ مُجْتَمَعًا صَلِحًا بِحَيْثُ يَكُوْنُ مِقْيَاسُ الصَّوَابِ وَاْلخَطَأِ فِيْهِمْ هُوَ رِضَاءَ اللَّهِ وَحْدَهُ.
وَفِى مِثْلِ هَذا اْلمُجْتَمَعِ كَانَ اْلإِنْسِجَامُ وَالتَّضْحِيَّةُ وَاْلمَحَبَّةُ وَالرَّحْمَةُ وَالتَّعَاوُنُ وَالصِّلَةُ اْلمَتِيْنَةُ بَيْنَ اْلوَالِدِ وَوَلََدِهِ وَأُسْرَتِهِ وَاَقْْرِبَائِهِ وَبَيْنَ جَارِهِ وَالصِّلَةُ بَيْنَ اْلاَغْنِيَاءِ وَاْلفُقَرَاءِ وَاْلمَسَاكِيْنِ مَحْفُوْظًا.

أِخْوَانِى اْلمُسْلِمُوْنَ اَلْمُحْتَرَمُوْنَ  !
تِلْكَ هِىَ خُطْبَتِى وَاَدْعُوْكُمْ اَنْ تُفَكِّرُوْا هَذِهِ اْلمَسْأَلَةَ اَعْنِى كَيْفَ نَسْتَطِيْعُ اَنْ نَجْعَلَ اْلمُجْتَمَع الصَّالِحَ بِوَاسِطَةِ اْلاُسْرَةِ ذَاتِ وِفَاقٍ وَسَلاَمٍ.
وَاَخِيْرًا اَطْلُبُ مِنْكُمْ اَلْعَفْوَ اِنْ وَجَدْتُمْ مِنِّى اَلْخَطَآتِ وَاَقُوْلُ لَكُمْ :

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.