PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dalam dunia keilmuan Islam, pendidikan merupakan
bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikanlah manusia
akan bisa eksis dan berjaya di muka bumi ini. Sebagai suatu system,
pendidikan memiliki sejumlah komponen yang saling berkaitan antara yang satu
dan lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ada banyak komponen di dalam Pendidikan Agama Islam.
Selanjutnya, dari sekian banyaknya komponen-komponen pendidikan tersebut, satu sama lain haruslah saling mendukung, terutama
dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan mutu
pendidikan Agama islam itu sendiri.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian Pendidikan Agama Islam?
2.
Apa saja macam-macam
komponen dalam Pendidikan Islam?
1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian Pendidikan Agama Islam
2. Untuk mengetahui macam-macam komponen dalam Pendidikan
Islam..
PEMBAHASAN
KOMPONEN
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
2.1. PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Untuk mengetahui pendidikan lebih jelas, maka kita
uraikan terlebih dahulu definisi pendidikan secara umum. Dalam Dictionary of
Education dijelaskan bahwa pendidikan adalah:
a. Proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan
sikap dan bentuk-bentuk tingkah lainnya dalam masyarakat di mana dia hidup.
b. Suatu proses sosial di mana orang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol, sehingga seseorang dapat
memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan individual dan sosial secara
optimal.[1]
Pengertian pendidikan menurut para ahli
Pengertian pendidikan menurut para ahli
a. Langeveled
Pendidikan adalah usaha, pengaruh dan perlindungan yang diberikan
kepada anak tertuju pada pendewasaan anak supaya cakap di dalam melaksanakan
tugas hidupnya.
b. J.J.
Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita pembekalan uang tidak ada pada
masa anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada waktu dewasa.
c. Ki
Hajar Dewantara
Pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak
agar mereka sehingga anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
d. Dwikara
Pendidikan adalah
pemanusiaan manusia/mengangkat manusia ke taraf insani.[2]
·
Pengertian pendidikan menurut UU
UU
Sisdiknas tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan bagi peranannya di masa
akan datang.
UU
No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian
diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya untuk
masyarakat, bangsa, bangsa dan negara.[3]
Dari
definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu upaya atau
proses mempercepat perkembangan manusia untuk kemampuan mengemban tugas dan
beban hidup, sebagai kodrat manusia yang memiliki pikiran, yakni manusia yang
dapat terdidik dan mendidik.
·
Pengertian Pendidikan Islam
H. Haidar Putar Daulay Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani.
Marimba Pendidikan Islam adalah adalah bimbingan
jasmani-rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam, menuju terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[4]
Dari pengertian pendidikan maupun pendidikan Islam di
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidian Islam adalah usaha sadar
untuk mengarahkan peserta didik menjadi pribadi muslim yang kamil dan
berasaskan Islam. Pendidikan Islam merupakan hal yang terintegrasi dan tak
dapat dipisahkan dari ajaran Islam itu sendiri. Konsep ilmu dalam Islam sebagai
salah satu unsur pendidikan hendaknya mengacu kepada lingkungan dan kebutuhan
masyarakat . Karena itu harus bersifat applicable.
Hal ini dapat dilacak dari beragamnya pengetahuan yang diberikan Allah kepada
para nabi dan umat mereka, misalnya, Nabi Nuh (as) mendapatkan pengetahuan
tentang pembuatan bahtera (surat Hud, 11:37), Nabi Daud diberi pengetahuan
tentang pembuatan baju besi (surat al-Anbiya’, 21:80), umat Nabi Shaleh
memiliki keahlian memahat gunung untuk dijadikan tempat tinggal (surat al-Hijr,
15:82).
2.2.
KOMPONEN
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Komponen
merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya
suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti
bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan
tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa
untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan
komponen-komponen tersebut[5]
Proses
pendidikan melibatkan banyak hal yaitu ;
a.
Ke arah mana bimbingan diberikan (Tujuan Pendidikan)
b.
Subyek yang dibimbing ( Peserta didik)
c.
Orang yang membimbing (Pendidik)
d.
Pengaruh yang diberikan dalam pendidikan (Materi
Pendidikan)
e.
konteks yang
memepengaruhi suasana pendidikan ( Lingkungan, Alat, dan Metode).[6]
1. Tujuan
Pendidikan
Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan dan
atau pendidik maupun guru ialah menanamkam sistem-sistem norma tingkah-laku
perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.[7]
Adapun tujuan pendidikan Islam itu sendiri identik
dengan tujuan Islam sendiri. Tujuan pendidikan Islam adalah memebentuk manusia
yang berpribadi muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam. Hal ini dapat
dilihat dalam firman Allah yang berbunyi.[8]
يَـآءَيُّها الَّـذِ ينَ امَنُوا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkandalam keadaan beragama Islam. [QS. Ali Imran ayat 102].
Ahmadi,
et.all, mengatakan Tujuan pendidikan adalah agar anak didik dapat mewujudkan
atau menikmati nilai-nilai hidup tersebut, memiliki kekayaan harta menghayati
keindahan / kesenian, pengetahuan luas, berwatak sosial, berperan dalam bidang
kekuasaan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (1985: 101).[9]
Mengenai
tujuan pendidikan, menurut Klaus Mollenhaver yang memunculkan “Teori Interaksi”
menyatakan bahwa “di dalam pendidikan itu selalu ada (dijumpai) mengenai
masalah tujuan pendidikan”
2.
Peserta Didik
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah
Amstrong 1981 mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus
dipertimbangkan dalam pendidikan. Persoalan tersebut mencakup apakah latar
belakang budaya masyarakat peserta didik ? bagaimanakah tingkat kemampuan anak
didik ? hambatan-hambatan apakah yang dirasakan oleh anak didik disekolah ? dan
bagaimanakah penguasaan bahasa anak di sekolah ?
Berdasarkan
persoalan tersebut perlu diciptakan pendidikan yang memperhatikan perbedaan
individual, perhatian khusus pada anak yang memiliki kelainan, dan penanaman
sikap dan tangggung jawab pada anak dididk.[10]
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah :[11]
a) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga merupakan insan yang unik. Maksudnya, anak sejak lahir telah
memiliki potensi-potensi yang ingin dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk
mengaktualisasikan membutuhkan bantuan dan bimbingan.
b) Individu yang sedang berkembang, maksudnya perubahan
yang terjadi dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri
sendiri maupun kearah penyesuaian lingkungan.
c) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan
perlakuan manusiawi. Maksudnya, dalam proses perkembangannya peserta didik
membutuhkan bantuan dan bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan
hayati tidak terlepas dari ibunya seharusnya setelah ia tumbuh berkembang
menjadi dewasa ia sudah dapat hidup sendiri. Tetapi kenyataannya untuk
kebutuhan perkembangan hidupnya, ia masih menggantungkan diri sepenuhnya kepada
orang dewasa, sepanjang ia belum dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa pada diri
peserta didik ada dua hal yang menggejala ;
1) Keadaannya yang tidak berdaya menyebabkan ia
membutuhkan bantuan. Hal ini menimbulkan kewajiban orang tua untuk membantunya.
2) Adanya kemampuan untuk mengembangkan dirinya, hal ini membutuhkan
bimbingan. Orang tua berkewajiban untuk membimbingnya. Agar bantuan dan
bimbingan itu mencapai hasil maka harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak.
d) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri. Maksudnya
dalam perkembangan peserta didik ia mempunyai kemampuan untuk berkembang kearah
kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri. Hal ini
menimbulkan kewajiban pendidik dan orang tua ( si pendidik) untuk setapak demi
setapak memberikan kebebasan dan pada akhirnya mengundurkan diri. Jadi,
pendidik tidak boleh memaksakan agar peserta didik berbuat menurut pola yang
dikehendaki pendidik. Ini dimaksud agar peserta didik memperoleh kesempatan
memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri
dan bertanggung jawab sendiri.
3. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah
pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai
gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Guru
sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam
lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal
sebagai pendidik dilingkungan masyarakat.[12]
Pendidik adalah unsur manusiawi dalam pendidikan,
pendidik atau guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi memegang
peranan penting dalam Pendidikan, ketika semua orang mempersoalkan masalah
dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama
yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah (Djamarah, 2000 : 1).[13]
Sehubungan dengan hal tersebut diatas Syaifullah (1982)
mendasarkan pada konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang termasuk
kategori pendidik adalah 1) orang dewasa, 2) orang tua, 3) guru/pendidik, dan
4) pemimpin kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.[14]
i. Orang
Dewasa
Orang dewasa sebagai pendidik dilandasi oleh sifat umum
kepribadian orang dewasa , yakni: (1) manusia yang memiliki pandangan hidup
prinsip hidup yang pasti dan tetap, (2) manusia yang telah memiliki tujuan
hidup atau cita-cita hidup tertentu, termasuk cita-cita untuk mendidik, (3)
manusia yang cakap mengambil keputusan batin sendiri atau perbuatannya sendiri
dan yang akan dipertanggungjawabkan sendiri, (4) manusia yang telah cakap
menjadi anggota masyarakat secara konstruktif dan aktif penuh inisiatif, (5)
manusia yang telah mencapai umur kronologs paling rendah 18 th, (6) manusia
berbudi luhur dan berbadan sehat, (7) manusia yang berani dan cakap hidup
berkeluarga, dan (8) manusia yang berkepribadian yang utuh dan bulat.
ii. Orang
Tua
Kedudukan orang tua sebgai pendidik, merupakan pendidik yang
kodrati dalam lingkungan keluarga. Artinya orang tua sebagai pedidik utama dan
yang pertama dan berlandaskan pada hubungan cinta-kasih bagi keluarga atau anak
yang lahir di lingkungan keluarga mereka.
iii. Guru/Pendidik
di Sekolah
Guru sebagai pendidik disekolah yang secara lagsung maupun
tidak langsung mendapat tugas dari orang tua atau masyarakat untuk melaksanakan
pendidikan. Karena itu kedudukan guru sebagai pendidik dituntut memenuhi persyaratan-persyaratan
baik persyaratan pribadi maupun persyaratan jabatan. Persyaratan pribadi
didasrkan pada ketentuan yang terkait dengan nilai dari tingkah laku yang
dianut, kemampuan intelektual, sikap dan emosional. Persyaratan jabatan
(profesi) terkait dengan pengetahuan yang dimiliki baik yang berhubungan dengan
pesan yangingin disampaikan maupun cara penyampainannya, dan memiliki filsafat
pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan.
iv. Pemimpin
Masyarakat dan Pemimpin Keagamaan
Selain orang dewasa, orang uta dan guru, pemimpin masyarakat
dan pemimpin keagamaan merupakan pendidik juga. Peran pemimpin masyarakat
menjadi pendidik didasarkan pada aktifitas pemimpin dalam mengadakan pembinaan
atau bimbingan kepada anggota yang dipimpin. Pemimpin keagaam sebagai pendidik,
tampak pada aktifitas pembinaan atau pengembangan sifat kerokhanian manusia,
yang didasarkan pada nilai-nilai keagamaan.
4. Materi/Isi
Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan
pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta
didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi
pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia
ideal yang dicita-citakan.
Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang
keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi
dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari
pendidikan agama. pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial,
pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan
peindidikan jasmani.[15]
Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah
diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
Materi ini meliputi materi inti maupun materi local, materi inti bersifat
nasional yang mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan
muatan lokal misinya adalah mengembangkan kebinekaan kekayaan budaya sesuai
dengan kondisi lingkungan. Dengan demikian jiwa dan semangat Bhinneka Tunggal
Ika dapat ditumbuh kembangkan.[16]
5. Konteks
yang Memepengaruhi Suasana Pendidikan
Lingkungan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau
kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala
kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan
pendidikan dapat dikelompokkan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri
dari lingkungan kurtural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan
sosial.
Lingkungan pendidikan biasanya disebut dengan tri pusat
pendidikan pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat.
a.
Pendidikan keluarga
Pada mulanya keluargalah yang terutama berperan baik pada
pendidikan anak, aspek kebuadayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan ketrampilan.
b.
Pendidikan Sekolah
Dengan meningkatnya kebutuhandan aspirasi anak, maka keluarga
pada umumnya tidak mampu memenuhinya . oleh karena itu, sebagian dari tujuan
pendidikan itu akan dicapai melalui jalur pendidikan sekolah.
c.
Pendidikan Masyarakat.
Fungsi pendidikan sebagai pusat pendidikan sangat tergantung
pada taraf perkembangan dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang
tersedia di dalamnya.[17]
Sarana/Alat dan Metode
Sarana atau media pendidikan berguna untuk membantu dalam
proses pendidikan sehingga sesuai dengan apa yang diharapkan. Metode
dimaksudkan sebagai jalan dalam sebuah transfer nilai pendidikan oleh pendidik
kepada peserta didik. Oleh karena itu pemakaian metode dalam pendidikan Islam
mutlak dibutuhkan.
Sarana/Alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat
efisiensi dan efektivitasnya. alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu
yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan
pendidikan. Alat pendidikan dibedakan atas yang preventif dan yang kuratif.
1)
Yang bersifat preventif, yaitu yang bermaksud mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki misalnya larangan, pembatasan, peringatan
bahkan juga hukuman.
2)
Yang bersifat kuratif, yaitu yang bermaksud memperbaiki,
misalnya ajakan contoh,nasihat, dorongan, pemberian kepercayaan, saran, penjelasan,
bahkan juga hukuman.
3)
Untuk memilih dan menggunakan alat pendidikan yang
efektif ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu ;
- Kesesuaiannya
dengan tujuan yang ingin dicapai
Demikianlah komponen- komponen dalam Pendidikan Agama
Islam, keseluruhan komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang
saling berkaitan dalam proses pendidikan Islam yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pendidikan.
DARTAR PUSTAKA
- Abudin Nata, 2001, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT Gramedia, Jakarta.
- Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001.lmu Pendidikan.jakarta.PT.Rineka Cipta
- Nur Uhbiyati. 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
- Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005. Perencanaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: aneka Cipta.
- _________.2003. Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung.Alfa Beta
- http://m-arif-am.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.html.
[1] Udin Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005.
Perencanaan Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. hlm.13.
[2]Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001.lmu
Pendidikan.jakarta.PT.Rineka Cipta.hlm.69.
[3] Dasar Konsep Pendidikan Moral. Bandung.Alfa
Beta hal.1.
[4] Nur
Uhbiyati.1998.pendidikan Agama Islam.Bandung.
CV.Pustaka Setia. Hlm.42.
[5] Udin
Syaefudin dan Abin Syamsudin Makmun. 2005. Perencanaan
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. hlm.51.
[6] http://m-arif-am.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.html
[7]Pidarta,
Made. 2000. Landasan Kependidikan.
Jakarta: aneka Cipta.hlm.98.
[8] Abudin Nata,
Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT
Gramedia, Jakarta.13.
[9]
http://m-arif-am.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.html
[10] Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Jakarta: aneka Cipta.hlm39-40.
[11]http://m-arif-am.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.html.
[12] Abudin
Nata, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, PT
Gramedia, Jakarta.hlm18.
[13]
http://m-arif-am.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.html.
[14] Nur
Uhbiyati.1998.pendidikan Agama Islam.Bandung.
CV.Pustaka Setia. Hlm.51-52
[15] Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati. 2001.lmu
Pendidikan.jakarta.PT.Rineka Cipta.hlm.43.
[16]
http://m-arif-am.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.html.
[17] Ibid.
[18] Ibid.
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Mohon Di Isi