PERKEMBANGAN JIWA AGAMA
PADA ORANG DEWASA
2.1. AGAMA PADA MASA DEWASA
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi 3 (tiga)
bagian :
1.
Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult).
2.
Masa dewasa madya (middle adulthood).
3.
Masa usia lanjut (masa tua/older adult).
Pembagian senada juga diungkap oleh beberapa ahli psikologi
Lewis Sherril, membagi masa dewasa sebagai berikut :
a.
Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih
arah hidup yang akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan
pilihan.
b.
Masa dewasa tengah, sudah mulai menghadapi tantangan
hidup sambil memantapkan tempat dan mengembangkan filsafat danmengolah
kenyataan dengan kata lain mencapai pandangan hidup yang matang.
c.
Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ”pasrah”. Pada
masa ini minat dan kegiatan kurang beragama.
Sementara menurut Erikson, masa dewasa muda merupakan
pengalaman menggali keintiman, kemampuan untuk membaur identitas anda dengan
identitas orang lain tanpa takut bahwa anda akan kehilangan sesuatu dari diri
anda.
Masa dewasa tengah merupakan masa produktivitas maksimum.
Pada masa ini kekuatan watak yang muncul perhatian, rasa prihatin dan tanggung
jawab.
Masa dewasa akhir, merupakan masa kematangan masalah sentral
dalam masa ini adalah menemukan kepuasan bahwa hidup yang dijalaninya merupakan
penemuan dan penyelesaian pada masa tua, terjadi integrasi emosional sehingga
dapat mencapai kebijaksanaan.
Dalam memahami agama pada masa dewasa, H. Carl Witherington
menjelaskan bahwa pada masa ini seseorang telah memiliki tanggung jawab
terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem yang bersumber pada ajaran-ajaran
agama maupun yang bersumber pada norma-norma lain dalam kehidupan. Dengan
demikian, keagamaan di usia dewasa sulit diubah.
Kesadaran beragama pada usia dewasa merupakan dasar dan arah
dari kesiapan seseorang untuk mengadakan tanggapan, reaksi, pengolahan dan
penyesuaian diri terhadap rangsangan yang datang dari luar semua tingkah laku
kehidupannya diwarnai oleh sistem kesadaran agamanya.
Motivasi beragama pada orang dewasa didasarkan pada penalaran
yang logis, sehingga ia akan mempertimbangkan sepenuhnya menurut logika. Dan
sama halnya dengan ekspresi beragama pada masa dewasa juga sudah menjadi hal
yang tetap, istiqomah. Artinya, sudah tidak percaya ikut-ikutan lagi, tapi
lebih berdasar pada kepuasan atau nikmat yang diperoleh dari pelaksanaan ajaran
agama tersebut.
2.2. CIRI-CIRI SIKAP KEBERAGAMAN PADA MASA
DEWASA
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, sikap
keberagaman pada orang dewasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan
pemikiran yang matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2.
Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama
lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3.
Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama
dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4.
Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan
dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagaman merupakan realisasi dari sikap
hidup.
5.
Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
6.
Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga
kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan nurani juga didasarkan
atas pertimbangan hati nurani.
7.
Sikap keberagaman cenderung mengarah kepada tipe-tipe
kepribadian masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8.
Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagaman
dengan kehidupan sosial keagamaan sudah berkembang.
2.3. KEMATANGAN BERAGAMA
Berbicara tentang kematangan beragama akan terkait erat dengan
kematangan usia manusia. Adapun mengenai perkembangan kepribadian seseorang,
apabila telah sampai pada suatu tingkat kedewasaan, maka akan ditandai dengan kematangan
jasmani dan rohani. Pada saat inilah seseorang sudah memiliki keyakinan dan
pendirian yang tetap dan kuat terhadap pandangan hidup atau agama yang harus
dipeganginya.
Kematangan atau kedewasaan seseorang dalam beragama biasanya
ditunjukkan dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh karena menganggap benar
akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama dalam hidupnya.
Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa
hambatan. Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan
individu, hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan
beragama tidak terjadi secara tiba-tiba. Pada dasarnya terdapat dua faktor yang
menyebabkan adanya hambatan, yaitu :
1.
Faktor diri sendiri
Faktor dari dalam diri sendiri terbagi menjadi 2 (dua)
: kapasitas diri dan pengalaman. Dalam aktivitas keagamaan mereka penuh
keraguan dan kebimbangan. Sehingga apabila terjadi perubahan-perubahan tidaklah
melalui proses berpikir sebelumnya, tetapi lebih bersifat emosional.
Sedangkan faktor pengalaman, semakin luas pengalaman
seseorang dalam bidang keagamaan, maka akan semakin mantap dan stabil dalam
mengerjakan aktivitas keagamaan.
2.
Faktor luar
Yang dimaksud faktor luar, yaitu beberapa kondisi dan
situasi lingkungan yang tidak banyak memberi kesempatan untuk berkembang, malah
justru menganggap tidak perlu adanya perkembangan dari apa yang telah ada.
Faktor-faktor tersebut antara lain tradisi agama atau pendidikan yang diterima.
Jika kita amati secara seksama, tampaknya kematangan
atau kedewasaan dalam beragama itu merupakan perkembangan lebih lanjut dari
adanya konversi agama, disamping juga mungkin mengikuti perkembangan
kepribadiannya yang semakin lama semakin menuju kepada kedewasaan yang termasuk
didalamnya kematangan dalam beragama.
Berkaitan dengan sikap keberagaman, William Starbuck
dan William James, mengemukakan dua buah faktor yang mempengaruhi sikap
keagamaan seseorang, yaitu :
1)
Faktor intern, terdiri dari :
a.
Temperamen
Tingkah laku yang didasarkan pada temperamen tertentu memegang peranan
penting dalam sikap beragama seseorang.
b.
Gangguan jiwa
Orang yang menderita gangguan jiwa menunjukkan kelainan dalam sikap dan
tingkah lakunya. Tindak tanduk keagamaan dan pengalaman keagamaan seseorang
yang ditampilkan tergantung pada gangguan jiwa yang ditampilkan tergantung pada
gangguan jiwa yang mereka rasakan.
c.
Konflik dan keraguan
Mempengaruhi terhadap agama seperti : taat, fanatic, agnotis maupun
ateis.
d.
Jauh dari tuhan
Orang yang jauh dari tuhan akan merasa dirinya lemah dan kehilangan
pegangan hidup terutama saat menghadapi musibah.
2)
Faktor ekstern
Yang mempengaruhi sikap keagamaan secara mendadak adalah
:
a.
Musibah
Musibah yang dialami seseorang akan memunculkan kesadaran, khususnya
kesadaran keagamaan. Mereka merasa mendapatkan peringatan dari tuhan.
b.
Kejahatan
Mereka yang hidup dalam lembah hitam umumnya mengalami guncangan batin
dan merasa berdosa. Sering perasaan yang fitri menghantui dirinya, yang
kemudian membuka kesadarannya untuk bertobat, yang pada akhirnya akan menjadi
penganut agama yang taat dan fanatik.
Adapun ciri-ciri orang yang sehat jiwanya dalam menjalankan agama antara
lain :
a)
Optimisme dan gembira.
b)
Ekstrovet dan tidak mendalam.
c)
Menyenangi ajaran ketahuidan yang liberal.
Dalam kemantapan jiwa orang dewasa memberikan gambaran
tentang bagaimana sikap keberagaman pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki
tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang
bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan. Intinya, pemilihan nilai-nilai
tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang matang. Berdasarkan
hal ini, maka sikap keberagaman seorang di usia dewasa sulit untuk diubah.
Jikapun terjadi perubahan mungkin proses itu terjadi setelah didasarkan atas
pertimbangan yang matang.
Sebaliknya, jika nilai-nilai agama yang mereka pilih
dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagaman akan terlihat pula dalam pola
kehidupan mereka. Sikap keberagaman ini membawa mereka secara mantap, menjalankan
agama yang dianut. Sehingga, tak jarang sikap keberagaman ini dapat menimbulkan
ketaatan yang berlebihan dan menjurus kepada sikap fanatisme. Karena itu, sikap
keberagaman seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran
agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.
Sikap keberagaman orang dewasa memiliki perspektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagaman ini
umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan pemahaman
tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang dewasa sudah
merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Menurut beberapa ahli psikologi masa dewasa dibagi menjadi 3,
yaitu :
1.
Masa dewasa awal atau muda.
2.
Masa dewasa madya atau tengah.
3.
Masa dewasa akhir atau usia lanjut.
Mengenai agama pada masa dewasa telah dijelaskan bahwasanya
pada masa ini seseorang memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang
dipilihnya baik ajaran agamanya ataupun norma lainnya. Semua tingkah laku
kehidupannya diwarnai oleh sistem kesadaran keagamaannya.
Adapun ciri-ciri sikap keberagaman pada masa dewasa
diantaranya :
1.
Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan
pemikiran yang matang.
2.
Cenderung bersifat realis.
3.
Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama
dan berusaha memperdalam keagamaan.
Dan mengenai kematangan beragama sangat erat kaitannya dengan
usia dewasa ini, karena seiring dengan bertambahnya tingkat kedewasaan
seseorang akan ditandai dengan kematangan jasmani dan rohaninya. Yang
ditunjukkan dengan kesadaran dan keyakinan yang teguh terhadap agama yang
dianutnya.
3.2. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini apabila ada keterangan yang
kurang dipahami, mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami sangat berterima
kasih apabila ada saran dan kritik yang sifatnya membangun sebagai penyempurna
dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sururin.
2004. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Jalaludin.
2008. Psikologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Darajat,
Zakiah. 1993. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang
1 Tanggapan:
bagus makalahnya bro..
ada tidak tentang daya-daya jiwa manusia
Posting Komentar
Mohon Di Isi