A. Pengertian
Dasar Inovasi Pedidikan
Secara etimologi inovasi berasal dari
Kata Latin innovation yang berarti pembaharuan atau perubahan. Kata kerjanya
innovo yang artinya memperbaharui dan mengubah. Inovasi ialah suatu perubahan
yang baru menuju kearah perbaikan, yang lain atau berbeda dari yang ada
sebelumnya, yang dilakukan dengan sengaja dan berencana (tidak secara kebetulan).
Istilah perubahan dan pembaharuan ada pebedaan dan persamaanya. Perbedaannya ,
kalau pada pembaharuan ada unsur kesengajaan. Persamaannya, Yakni sama-sama
memilki unsur yang baru atau lain dari yang sebelumnya. Kata “Baru” dapat juga
diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima, atau dilaksanakan oleh si
penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain. Namun, perlu
diingat bahwa setiap yang baru itu belum tentu baik .Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan, Inovasi adalah penemuan baruyang berbeda dari yang
sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya yang meliputi gagasan, metode,
alat dan lain sebagainya. Sedangkan menurut Rajasa, Inovasi adalah pembaharuan
dalam bidang pengembangan kemasyarakatan, sains/IPTEK.
Berbicara mengenai inovasi, mengingatkan
kita pada istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu
yang benar-benar baru, artinya merupakan hasil karya manusia yang benar-benar
baru. Sedangkan discovery adalah penemuan sesuatu yang sebenarnya sebelumnya
sudah pernah ada. Dengan demikian, inovasi dapat diartikan sebagai usaha untuk
menemukan sesuatu yang baru melalui jalan melakukan usaha baik dengan invention
maupun discovery.
Sedangkan pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara (UU Sisdiknas No 20 tahun 2003).
Ibrahim (1988) mengemukakan bahwa
inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk
memecahkan masalah pendidikan. Inovasi pendidikan adalah suatu ide, barang,
metode yang dirasakan atau dimati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau
kelompok orang (masyarakat), baik berupa hasil intervensi (penemuan baru) atau
dicovery (baru ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan atau memecahkan masalah pendidikan nasional.
Jadi dapat disimpulkan, bahwa inovasi
pendidikan adalah penemuan sesuatu yang baru dalam usaha untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
B. Pelaksanaan
Inovasi Pendidikan Secara Umum
Pelaksanaan inovasi pendidikan seperti
inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi
itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan Depdiknas dan disponsori
oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan "Top Down Inovation".
Maksudnya, inovasi pendidikan ini sengaja diciptakan atasan sebagai usaha untuk
meningkatkan efisiensi dan sebagainya. Inovasi seperti ini dilakukan dan
diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan
memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya dan
bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.
Banyak contoh yang dilakukan oleh
Depdiknas selama beberapa dekade terakhir, diantaranya adalah Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA 1994) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK 2004). Model
inovasi sebagaimana tersebut banyak yang berjalan dengan baik hanya pada waktu
berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi seperti itu, pada saat
diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapatkan penolakan
bukan hanya dari pelaksana tapi juga dari para pemerhati dan administrator di
Kanwil dan Kandep.
Strategi inovasi yang dilaksanakan ini
adalah strategi pemaksaan berdasarkan kekuasaan. Strategi ini cenderung
memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan
keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan.
Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan
ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari
inovatornya. Pihak pelaksana sama sekali tidak dilibatkan dalam proses
perencanaan. Para inovator menganggap
pelaksana hanya sebagai obyek semata sehingga tidak perlu dilibatkan dalam
perencanaan maupun pengimplementasiannya.
Kebalikan dari inovasi di atas (Top
Down Innovation) adalah model inovasi yang diciptakan berdasarkan ide,
pikiran, kreasi dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang pada
umumnya disebut model "Bottom UpInnovation". Model yang kedua
ini jarang dilakukan di Indonesia
selama ini karena sistem pendidikan yang sentralis.
Strategi yang digunakan dalam inovasi
ini adalah Empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi ini adalah asumsi
bahwa manusia menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan
bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini, inovator bertugas
mendemonstrasikan dengan menggunakan metode yang terbaikdan terbukti valid
serta memberikan manfaat bagi penggunanya.
Di sekolah, para guru menciptakan
strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal sehat,
berkaitan dengan situasi dan kondisi serta berdasarkan pengalaman guru
tersebut. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik daripada model
inovasi yang pertama, karena kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat
pelaksanaan inovasi tersebut.
Selain dua model inovasi sebagaimana tersebut
di atas, juga ada strategi inovasi yang ketiga, normatif education (pendidikan
berulang). Model inovasi ini merupakan strategi inovasi yang didasarkan pada
pemikiran para ahli yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan
pembaharuan seperti perubahan skill, sikap, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan manusia.
C. Faktor-faktor
yang perlu Diperhatikan dalam Inovasi Pendidikan
Dalam pelaksanaan inovasi pendidikan,
ada beberapa hal yang sangat penting yang harus diperhatikan agar pelaksanaannya
tidak mengalami kendala. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
a)
Guru
Guru sebagai ujung
tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh
dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan
kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas.
Guru harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, maka
dalam pelaksanaan inovasi pendidikan keterlibatan guru mulai dari perencanaan
inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran
yang sangat penting bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa
melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang
diperkenalkan kepada mereka.
b)
Siswa
Sebagai obyek utama
dalam pendidikan, siswa memegang peranan
yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman,
kamauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa paksaan. Hal ini bisa
terjadi jika siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun
hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai
dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan
merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan dengan konsekuen.
c)
Kurikulum
Kurkulum pendidikan,
atau lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan
perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Oleh karena itu, kurikulum di sekolah dianggap serbagai bagian yang
tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Oleh karena
itu, dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama
pentingnya dengan unsur/ faktor yang lainnya.
d)
Fasilitas
Fasilitas termasuk
sarana dan prasarana pendidikan tidak bisa diabaikan dalam proses pendidikan,
khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu
saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang
diterapkan. Tanpa fasilitas dapat dipastikan pelaksanaan inovasi pendidikan
tidak akan dapat berjalan dengan baik.
e)
Lingkup Sosial Masyarakat
Dalam menerapkan
inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan
tersebut tapi membawa dampak baik positif maupun negatif. Masyarakat secara langsung maupun tidak,
sengaja maupun tidak pasti terlibat dalam pendidikan. Sebab apa yang dilakukan
dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik, terutama
masyarakat dimana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat
sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan masyarakat bisa
merusak inovasi pendidikan tersebut jika tidak ada keterlibatan sebelumnya.
D. Kendala-kendala
yang dihadapi dalam Peksanaan Inovasi Pendidikan
1)
Perkiraan yang tidak tepat terhadap
inovasi
2)
Konflik dan motivasi yang kurang sehat
3)
Lemahnya berbagai faktor penunjang
sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi pendidikanyang dijalankan
4)
Keuangan (financial) yang tidak
terpenuhi
5)
Penolakan dari kelompok tertentu atas
hasil inovasi. Penolakan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
adalah:
a.
Sekolah atau guru tidak dilibatkan dalam
proses perencanaan, penciptaan dan bahkan pelaksanaan tersebut. Hal ini mengakibatkan
guru beranggapan bahwa inovasi pendidikan tersebut bukan miliknya sehingga
tidak perlu dilaksanaan, karena tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi
sekolah mereka.
b.
Guru ingin mempertahankan sistem atau
metode yang mereka lakukan saat itu, karena metode tersebut telah
bertahun-tahun mereka lakukan dan tidak ingin dirubah. Hal ini disebabkan
menurut persepsi mereka, sistem yang mereka lakukan telah baik dan sesuai
dengan apa yang ada dalam pikiran mereka.
c.
Inovasi yang dibuat oleh pusat belum sepenuhnya
melihat kebutuhan dan kondisi yang dialami oleh guru dan siswa.
d.
Inovasi yang diperkenalkan dan
dilaksanakan berasal dari pusat merupakan kecenderungan sebuah proyek dimana
segala sesuatunya ditentukan oleh pencipta inovasi dari pusat. Inovasi seperti
ini bisa terhenti kalau proyek itu selesai atau jika financial dan keuangannya
tidak ada lagi.
e.
Kekuatan dan kekuasaan pusat yang sangat
besar sehingga dapat menekan sekolah atau guru, padahal hal itu belum tentu
sesuai dengan kemauan mereka dan situasi sekolah mereka.
f.
Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.
III. PENUTUP
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diperoleh beberapa simpulan, diantaranya sebagai
berikut:
a.
inovasi pendidikan adalah penemuan
sesuatu yang baru dalam usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
b.
Pelaksanaan inovasi pendidikan seperti
inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi
itu sendiri.
c.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
dalam inovasi pendidikan diantaranya adalah guru, siswa, kurikulum, fasilitas,
dan lingkup sosial masyarakat.
d.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan inovasi pendidikan antara lain yaitu Perkiraan yang tidak tepat
terhadap inovasi, Konflik dan motivasi yang kurang sehat, Lemahnya berbagai
faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi
pendidikanyang dijalankan, Keuangan (financial) yang tidak terpenuhi, Penolakan
dari kelompok tertentu atas hasil inovasi.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Cece Wijaya, Djaja Jajuri, A. Tabrani
Rusyam. 1991. Upaya Pembaharuan
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran.Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
dalam Bidang Pendidikan dan Pengajaran.
Rosdakarya.
· Inovation.
Dalam situs http//www.shafe.Tripod.com//Inov.htm. Dikunjungi 27 April 2011.
· Subandijah. 1992. Pengembangan dan
Inovasi Kurikulum. Yogyakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
· Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2003. Teknologi
Pengajaran. Bandung :
Sinar Baru Algesindo.
·
Kennedy, C. 1987. Innovation for
Change: teacher development and
innovation. ELT Journal 41/3.
innovation. ELT Journal 41/3.
·
Ihsan, Fuad. 1997. Dasar-Dasar Kependidikan. Bandung :
Rineka Cipta.
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Mohon Di Isi