Pembelajaran Kooperatif



  
BAB II

2.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa di terima oleh anggota kelompoknya. 
Beberapa pendapat para tokoh mengenai pengertian pembelajaran kooperatif yaitu:
  1. Menurut Nurhadi dan Senduk (2003) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesame siswa.
  2. Menurut Lie (2002) pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam system ini guru bertindak sebagai fasilitator.
  3. Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam priyanto,2007) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
  4. Menurut Robert L. Cilstrap dan William R Martin, pembelajaran kooperatif adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang di organisir untuk kepentingan belajar.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lainnya.
   
2.2 Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di dalamnya terdapat eleman-elemen yang saling terkait. Menurut Nurhadi & Senduk (2003) dan Lie (2002) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
  1. Saling Ketergantungan Positif
Dalam system pembelajaran kooperatif, guru di tuntut untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan antara siswa satu dengan siswa yang lain inilah yang disebut dengan saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran ini, setiap anggota kelompok sadar bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suasana saling ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui berbagai strategi, yaitu:
a.Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan. Dalam hal ini masing-masing siswa memerlukan temannya dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran.
b.Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini masing-masing siswa membutuhkan teman dalam menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Siswa kurang pandai merasa perlu bertanya pada yang lebih pandai, sebaliknya yang lebih pandai merasa berkewajiban untuk mengajari temannya yang belum bisa.
c.Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar. Dalam hal ini, siswa yang tidak memiliki sumber belajar (misalnya buku) akan berusaha meminjam pada temannya, sedangkan yang memiliki sumber belajar merasa berkewajiban untuk meminjamkan pada temannya.
d.Saling ketergantungan peran. Dalam hal ini, siswa yang sebelumnya mungkin sering bertanya (karena belum paham pada suatu masalah) pada temannya, suatu saat ia akan berusaha mengajari temannya yang mungkin mengalami masalah (berperan sebagai pengajar).
e.Saling ketergantungan hadiah. Penghargaan/hadiah diberikan kepada kelompok, karena hasil kerja adalah hasil kerja kelompok, bukan hasil kerja individual/perseorangan. Sedangkan keberhasilan kelompok dalam mencapai tujuan pembelajaran bergantung pada keberhasilan setiap anggota / atau kelompok. Itulah sebabnya setiap anggota kelompok di tuntut bertanggung jawab, bekerja keras mensukseskan kelompoknya dengan cara berpartisipasi secara aktif dan konstruktif.

  1. Interaksi Tatap Muka
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Jadi dalam hal ini, semua anggota kelompok berinteraksi saling  berhadapan, dengan menerapkan keterampilanbekerja sama untuk menjalin hubungn sesama anggota kelompok.
Dalam hal ini, antar anggota kelompok melaksanakan aktivitas-aktivitas dasar seperti bertanya, menjawab pertanyaan, menunggu dengan sabar teman yang sedang memberi penjelasan,berkata sopan, meminta bantuan, memberi penjelasan, dan sebagainya. Pada proses pembelajaran yang demikian para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.

  1. Akuntabilitas Individual
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam bentuk kelompok,setiap anggota harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan pekerjaan kelompok. Untuk mencapai tujuan kelompok (hasil belajar kelompok), setiap siswa (individu) harus bertanggung jawab terhadap penguasaan materi pembelajaran  secara maksimal, karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan mampu menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada masing-masing  individu siswa. Tanpa adanya tanggung jawab individu, keberhasilan kelompok akan sulit tercapai.
  1. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Dalam pembelajaran kooperatif di tuntut untuk membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antar anggota kelompok. Dengan demikian, dalam pembelajaran koopertif, keterampilan social seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat untuk menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya di asumsikan, tetapi secara sengaja di ajarkan oleh guru. Dalam hal ini, siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi teguran dari sesama siswa. Dengan adanya teguran tersebut siswa secara perlahan dan pasti akan berusaha menjaga hubungan antar pribadi

2.3 Model- model Pembelajaran Kooperatif
a.Model STAD ( Student Teams Achievement Division)
         Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkin USA. Secara umum cara penerapan model STAD di kelas adalah sebagai berikut:
1.Kelas dibagi dalam beberapa kelompok .
2.Tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen, baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.
3.Tiap kelompok di beri bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan.
4.Tiap kelompok di dorong untuk mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.
5.Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
6.Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maupun kelompokuntuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
7.Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh  nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan.

  b. Model Jigsaw
            Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dari Universitas Texas USA. Secara umum penerapan model Jigsaw di kelas adalah sebagai berikut:
1.Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
2.Tiap kelompok siswa terdiri atas 5-6 orang yang bersifat heterogen, baik dari   segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.
3.Tiap kelompok di beri bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan.
4.Dari masing-masing kelompok diambil seorang anggota untuk membentuk anggota baru (kelompok pakar) dengan membahas tugas yang sama. Dalam kelompok ini diadakan diskusi antar anggota kelompok pakar.
5.Anggata kelompok pakar kemudian kembali lagi ke kelompok semula, untuk mengajari anggota kelompoknya. Dalam kelompok ini di adakan diskusi antara anggota kelompok.
6.Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai fasilitator  dan motivator.
7.Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi, baik secara individu maupun kelompokuntuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
8.Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh  nilai hasil belajar yang sempurna diberi penghargaan. Demikian pula jika semua kelompok memperoleh nilai hasil belajar yang sempurna maka semua kelompok tersebut wajib diberi penghargaan.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw
            Menurut Priyanto (2007) dalam penerapan pembelajaran kooperatif model Jigsaw ada beberapa langkah yang harus di laksanakan yaitu:
1.Pembentukan Kelompok Asal
         Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan kemampuan   yang heterogen.
2.Pembelajaran Pada Kelompok Asal
         Setiap anggota dari kelompok asal mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi keahliannya, kemudian masing-masing mengerjakan tugas secara individual.
3.Pembentukan Kelompok Ahli
Ketua kelompok asal membagi tugas kepada masing-masing anggotanya untuk menjadi ahli dalam satu submateri pelajaran. Kemudian masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
4.Diskusi Kelompok Ahli
Anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan saling berdiskusi tentang masalah-masalah yang menjadi tanggung jawabnya.Setiap anggota kelompok ahli belajar materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut sub materi pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
5.Diskusi Kelompok Asal (Induk)
Anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-masing.kemudian setiap anggota kelompok asal menjelaskan dan menjawab pertnyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal yang lain. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapat giliran.
6.Diskusi Kelas
Dengan dipandu oleh guru diskusi kelas membicarakan konsep-konsep penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
7.Pemberian Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.
8.Pemberian Penghargaan Kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh junlah nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa piagam atau bonus nilai.   

c.Model GI (Group Investigation)
Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan metode GI menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan,baik dalam menentukan topic maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004). Dalam hal ini ada enam tahapan yang menuntut keterlibatan anggota tim, yaitu sebagai berikut:
1.Idetifikasi topic
   Setiap anggota kelompokterlibat aktif dalam melakukan identifikasi terhadap topik-topik pembelajaran yang akan dibahas.
2.Perencanaan tugas belajar
Setelah topic ditentukan, kegiatan kelompok berikutnya adalah melakukan perencanaan tugas belajar. Dalam hal ini bisa saja tugas-tugas pembelajaran di bagi-bagi untuk setiap anggota, sesuai dengan topic yang ditetapkan.
3.Pelaksanaan kegiatan penelitian
Setelah tugas pembelajaran masing-masing anggota di tetapkan, setiap anggota mulai melakukan penelitian. Setelah masing-masing anggota bekerja sesuai tugasnya, selanjutnya di adakan diskusi kelompok untuk menyimpulkan hasil penelitian.
4.Persiapan laporan akhir
Setelah hasil penelitian dibuat, selanjutnya di lakukan penulisan laporan akhir penelitian.
5.Presentasi penelitian
Langkah berikutnya adalah setiap kelompok mempresentasikan hasil penelitiannya di forum kelas.
6.Evaluasi
Dari hasil diskusi kelas masing-masing kelompok mengevaluasi hasil penelitiannya lagi sesuai dengan saran atau kritik yang di dapat dalam forum diskusi kelas. Terakhir, setiap kelompok siswa membuat laporan akhir yang telah di sempurnakan.

2.4 Keuntungan Dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1.Keuntungan pembelajaran kooperatif
a.Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah.
b.Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih insentif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
c.Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
d.Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individuserta kebutuhannya belajar.
e.Para siswa lebih aktif tergabung pada pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
f.Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.

2.Kelemahan pembelajaran kooperatif
a.Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
b.Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.
c.Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif ini tergantung pada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.

             


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1.pembelajaran kooperatif adalah system pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lainnya.
2.Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif
a.Saling ketergantungan positif
b.Interaksi tatap muka
c.Akuntabilitas individual
d.Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
3.Model-model pembelajaran kooperatif
a.Model STAD (Student Teams Archievement Division)
b.Model Jigsaw
c.Model GI (Group Investigation)
4.Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
a.Keuntungan pembelajaran kooperatif
1. memberikan kesempatan para siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya.
2. memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih insentif
3. mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan  berdiskusi
4. memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa
5. Para siswa lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
6. untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya,
b.Kelemahan pembelajaran kooperatif
a. Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu.
b. menuntut pengaturan tempat duduk dan gaya mengajar yang berbeda-beda
c. Keberhasilan strategi ini tergantung pada kemampuan siswa dalam memimpin kelompok.

           


DAFTAR  PUSTAKA


Roestiyah.2008.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:PT RINEKA CIPTA
Wena,Made.2008.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer.Jakarta:Bumi Aksara        

0 Tanggapan:

Posting Komentar

Mohon Di Isi