A. Pengertian
Konversi Agama
Tidak mudah untuk memberikan definisi yang tegas apa yang dimaksud dengan
konversi agama. Pengertian konversi agama menurut etimologi, konversi berasal
dari kata latin “conversio” yang berarti tobat, pindah,
berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kata bahasa Inggris
yaitu “conversion” yang berarti berlawanan arah", yang mengandung
pengertian: "berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama ke agama
lain (change from one state, or from one religion, to another).
Berdasarkan arti kata-kata tersebut, dengan sendirinya konversi agama berarti
terjadinya suatu perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan
semula.[1]
Ada beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama, antara lain:
1.
Heirich
Heirich
(dalam Ramayulis, 2002) mengatakan bahwa konversi agama adalah merupakan suatu tindakan dimana seseorang atau
sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku
yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
2.
James
James (dalam
Ramayulis, 2002) mengatakan konversi agama adalah dengan kata kata: “to be
converted, to be regenerated, to recive grace, to experience religion, to gain
an assurance, are so many phrases which denote to the process, gradual or
sudden, by which a self hitherro devide, and consciously wrong inferior and
unhappy, becomes unified and consciously right superior and happy, in
consequence of its firmer hold upon religious realities”. “berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan,
untuk menjalani pengalaman beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya
ungkapan pada proses baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang di lakukan
secara sadar dan terpisah-pisah, kuran bahagia dalam konsekuensi penganutnya
yang berlandaskan kenyataan beragama”.
3.
E.Clark
Clark (dalam
Daradjat, 1979), memberikan
definisi konversi sebagai berikut: konversi agama sebagai suatu macam
pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang
cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas dan
lebih tegas lagi, konversi agama menunjukan bahwa suatu perubahan emosi yang
tiba-tiba kearah mendapat hidayah Allah SWT secara mendadak, telah terjadi,
yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal, dan mungkin pula terjadi
perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
4.
Walter Huston Clark
Dalam bukunya "The
Psychology of Religion" , memberikan definisi konversi sebagai
berikut. Konversi agama sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan
spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap
terhadap ajaran dan tindak. Lebih jelas dan lebih tegas lagi, konversi agama
menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba ke arah mendapat hidayah
Allah secara mendadak, telah terjadi yang mungkin saja sangat mendalam atau
dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Dari beberapa definisi tersebut, yang dimaksud dengan konversi agama
ialah: perubahan pandangan seseorang atau sekelompok tentang agama yang
dianutnya, atau perpindahan keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama
yang lain.
B. Proses
Konversi Agama
Dalam membahas tentang proses konversi agama, sulit untuk menentukan
sejumlah proses yang akhirnya membawa kepada keadaan keyakinan yang berlawanan
keyakinan dengan keyakinannya yang lama. Proses ini berbeda antara orang satu
dengan lainnya, hal ini sesuai dengan pertumbuhan jiwa yang dilaluinya, serta
pengalaman dan pendidikan yang diterimanya sejak kecil, ditambah dengan keadaan
lingkungannya dan pengalaman terakhir yang menjadi puncak dari perubahan
keyakinan itu. Prof.Dr. Zakiah. Daradjat (1979) memberikan pendapatnya yang
berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap, yaitu:
1. Masa
tenang, disaat ini kondisi seseorang berada dalam keadaan yang tenang karena
masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi semacam sikap apriori (belum
mengetahui) terhadap agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan
mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada dalam keadaan tenang dan
tentram. Segala sikap dan tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh atau
menentang agama.
2. Masa
ketidaktenangan, tahap ini berlangsung jika masalah agama telah mempengaruhi
batinnya. Mungkin di karenakan suatu krisis, musibah ataupun perasaan berdosa
yang di alami.Hal tersebut menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan
batin sehingga menyebabkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk rasa
gelisah, panik, putus asa, ragu, tegang dan bimbang. Perasaan tersebut
menyebabkan seseorang lebih sensitif dan hampirhampir putus asa dalam hidupnya
dan mudah terkena sugesti. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide
atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya.
3. Masa
konversi, tahap ketiga ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan
karena kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan menentukan keputusan
untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah. Keputusan ini
memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang terjadi, hidup
yang tadinya seperti dilamun ombak atau di porak porandakan oleh badai topan
persoalan, tiba-tiba angin baru berhembus, sehingga terciptalah ketenangan
dalam bentuk kesediaan menerima kondisi yang dialami sebagai petunjuk ilahi.
Karena disaat ketenangan batin itu terjadi dilandaskan atas suatu perubahan
sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap kepercayaan sebelumnya, maka
terjadilah proses konversi agama.
4. Masa
tenang dan tentram, masa tenang dan tentram yang kedua ini berbeda dengan tahap
yang sebelumnya. Jika pada tahap pertama keadaan itu dialami karena sikap yang
acuh tak acuh, maka ketenangan dan ketentraman pada tahap ketiga ini di
timbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan yang sudah di ambil. Ia timbul
karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan
menerima konsep baru. Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah di lalui,
maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru, rasa aman dan damai di
hati, tiada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada
kesalahan yang patut di sesali, semuanya telah lewat, segala persoalan menjadi
mudah dan terselesaikan. lapang Dada, menjadi pemaaf dan dengan mudah untuk
memaafkan kesalahan orang lain.
5. Masa
ekspressi konversi, sebagai ungkapan dari sikap menerima, terhadap konsep baru
dari ajaran agama yang diyakininya, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya
diselaraskan dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilih tersebut.
Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan yang serasi dan relevan
sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu dalam kehidupan.
C. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Konversi Agama
Sesungguhnya untuk menentukan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi dan menyebabkan mungkin terjadinya konversi agama itu memang tidak
mudah, namun demikian ada beberapa faktor yang tampaknya terjadi dan terdapat
dalam setiap peristiwa konversi agama, antara lain:
1. Pertentangan
batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan.
Orang-orang
yang gelisah, di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang-kadang
dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema, itu mudah
mengalami konversi agama. [2]Di
samping itu sering pula terasa ketegangan batin, yang memukul jiwa , merasa
tidak tenteram, gelisah yang kadang-kadang terasa tidak ada sebabnya dan
kadang-kadang tidak diketahui. Dalam semua konversi agama, boleh dikatakan,
latar belakang yang terpokok adalah konflik jiwa (pertentangan batin) dan
ketegangan perasaan, yang mungkin disebabkan oleh berbagai keadaan
2. Pengaruh
hubungan dengan tradisi agama.
Diantara
faktor-faktor penting dalam riwayat konversi itu, adalah pengalaman-pengalaman
yang mempengaruhinya sehingga terjadi konversi tersebut.[3]
Diantara pengaruh yang terpenting adalah pendidikan orang tua di waktu kecil
mempunyai pengaruh yang besar terhadap diri orang-orang, yang kemudian terjadi
padanya konflik konversi agama, adalah keadaan mengalami ketegangan yang
konflik batin itu, sangat tidak bisa, tidak mau, pengalaman di waktu kecil,
dekat dengan orang tua dalam suasana yang tenang dan aman damai akan teringat
dan membayang-bayang secara tidak sadar dalam dirinya. Keadaan inilah yang dlam
peristiwa-peristiwa tertentu menyebabkan konversi tiba-tiba terjadi. Faktor
lain yang tidak sedikit pengaruhnya adalah lembaga-lembaga keagamaan,
masjid-masjid atau gereja-gereja. Melalui bimbingan lembaga-lembaga keagamaan
itu, termasuk salah satu faktor penting yang memudahkan terjadinya konversi
agama jika pada umur dewasanya ia kemudian menjadi acuh tak acuh pada agama dan
mengalamkonflik jiwa atau ketegangan batin yang tidak teratasi.
3. Ajakan/seruan
dan sugesti.
Banyak
pula terbukti, bahwa diantara peristiwa konversi agama terjadi karena pengaruh
sugesti dan bujukan dari luar. Orang-orang yang gelisah, yang sedang mengalami
kegoncangan batin, akan sangat mudah menerima sugesti atau bujukan-bujukan itu.
Karena orang-orang yang sedang gelisah atau goncangan jiwanya itu, ingin segera
terlepas dari penderitaannya, baik penderitaan itu disebabkan oleh keadaan
ekonomi, sosial, rumah tangga, pribadi atau moral.[4]
4. Faktor-faktor
emosi.
Orang-orang
yang emosionil (lebih sensitif atau banyak dikuasai oleh emosinya), mudah kena
sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan. Kendatipun faktor emosi,
secara lahir tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan
bahwa, emosi adalah salah satu faktor yang ikut mendorong kepada terjadinya
konversi agama, apabila ia sedang mengalami kekecewaan.
5. Kemauan.
Kemauan
yang dimaksudkan adalah kemauan seseorang itu sendiri untuk memeluk kepercayaan
yang lain Selain faktor-faktor diatas, Sudarno (2000) menambahkan empat faktor
pendukung, yaitu:[5]
a)
Cinta.
Cinta merupakan anugerah yang harus dipelihara,
tanpa cinta hidup tidak akan menjadi indah dan bahagia, cinta juga merupakan
salah satu fungsi sebagai psikologi dan merupakan fitrah yang diberikan kepada
manusia ataupun binatang yang banyak mempengaruhi hidupnya, seseorang dapat melakukan
konversi agama karena dilandaskan perasaan cinta kepada pasangannya.
b)
Pernikahan.
Pernikahan adalah salah suatu perwujudan dari
perasaan saling mencintai dan menyayangi.
c)
Hidayah
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk
kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang-orang
yang dikendaki- Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk” (QS. Al-Qasas:56) “Barang siapa yang Allah menghendaki akan
memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk (memeluk
agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya
Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki
kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.
(QS. Al An’am: 125) Ayat-ayat Al-Qur’an diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
bagaimanapun usaha orang untuk mempengaruhi seseorang untuk mengikuti
keyakinannya, tanpa ada kehendak dari Allah SWT tidak akan bisa. Manusia
diperintah oleh Allah SWT untuk berusaha, namun jangan sampai melawankehendak
Allah SWT dengan segala pemaksaan.
d)
Kebenaran agama.
Menurut
Djarnawi (Sudarno, 2000) agama yang benar adalah yang tepat memilih Tuhannya,
tidak keliru pilih yang bukan Tuhan dianggap Tuhan. Kebenaran agama yang
dimaksud tidak karena paksaan, bujukan dari orang lain, akan tetapi lewat
kesadaran dan keinsyafan antara lain melalui dialog-dialog, ceramah,
mempelajari literatur, buku-buku dan media lain.
II. PENUTUP
Berdasarkan
penjelasan diatas dapat diperoleh beberapa simpulan, diantaranya:
a.
konversi agama ialah perubahan pandangan
seseorang atau sekelompok tentang agama yang dianutnya, atau perpindahan
keyakinan dari agama yang dianutnya kepada agama yang lain.
b. Tahap
Proses Konversi Agama meliputi: masa tenang, masa ketidaktenangan, masa
konversi, masa tenang dan tentram, masa ekspressi konversi.
c. Faktor
penyebab konversi agama pertama, faktor Intern, meliputi kepribadian, emosi,
kemauan, konflik jiwa, kebenaran agama, hidayah. kedua, faktor ekstern,
meliputi, factor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pengaruh hubungan dengan
tradisi agama, cinta, pernikahan.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Daradjat,
Zakiah. 1987. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
2.
Jalaludin. 1987. Pengantar Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia.
3.
Sujanto, Agus. 1989. Psikologi Umum. Jakarta: Aksara Baru.
4.
setiyo purwanto http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama.
[1]
Zakiah Daradjat, Ilmu
Jiwa Agama, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 1987), hlm. 137.
[2]
Zakiah Daradjat, Ilmu
Jiwa Agama, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 1987), hlm. 159.
[3]
Zakiah Daradjat, Ilmu
Jiwa Agama, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 1987), hlm. 161.
[4]
Zakiah Daradjat, Ilmu
Jiwa Agama, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 1987), hlm. 162.
[5]
setiyo purwanto http://klinis.wordpress.com/2007/12/27/konversi-agama
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Mohon Di Isi