Sabar, Apakah Ada Batasnya?


Sabar adalah salah satu dasar dan fondasi ahlak dalam agama Islam yang lurus ini. Sungguh sebagian besar kita telah menghilangkan substansi makna kesabaran dengan mengatakan sabar hanyalah teori belaka.
Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (diperbatasan negerimu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. Ali Imron: 200)

Kata sabar disebutkan dalam Al Qur’an sebanyak 90 kali. Kata sabar ini disebutkan dalam Al Qur’an melebihi kata jujur dan amanah. Alangkah bernilainya akhlak ini.
Rasulullah bersabda : “Sabar itu adalah cahaya” (HR. Muslim).

Mengapa Nabi Muhammad Saw. tidak mengatakan “Sabar itu adalah kekuatan” atau “Sabar itu adalah argumen” atau “Sabar itu adalah ketekatan yang bulat” ?. Beliau memilih kata “cahaya” karena dunia ini diliputi berbagai kegelapan, misalnya kehilangan ayah atau ibu, kehilangan anggota tubuh, kemaksiatan. Semua itu adalah kegelapan. Jadi, pengusir kegelapan adalah dengan cahaya.

Adapun jenis-jenis kesabaran yaitu: sabar menghadapi musibah, sabar menghadapi kemaksiatan, dan sabar menjalankan ketaatan kepada Allah. Jika kita memiliki ketia sifat tersebut, maka keimanan kita telah menjadi sempurna.

Pertama adalah sabar menghadapi musibah. Banyak contoh tentang sabar dalam menghadapi berbagai musibah, misalnya kematian, penyakit yang akut, kemiskinan, anak-anak yang gagal dalam sekolah, problem-problem keluarga, dan sebagainya.

Kematian merupakan musibah yang paling menyakitkan khususnya bagi wanita, karena kaum wanita merasakan pedihnya kehilangan orang-orang yang dicintai melebihi kaum pria.
Rasulullah bersabda: “Tidaklah ada seorang wanita diantara kalian di saat ia masih hidup tiga orang anaknya meninggal dunia, melainkan ketiga anaknya itu menjadi penghalang baginya dari api neraka” (HR. Bukhori Muslim).

Siapakah wanita di saat dia hidup, tiga atau dua orang anaknya meninggal dunia, balasannya adalah dia akan terhindar dari api neraka.
Musibah selanjutnya adalah penyakit. Diantara penyakit-penyakit tersebut yaitu penyakit gangguan hati, penyakit jantung, penyakit jiwa, dan berbagai penyakit yang lain. Ketika sakit, kita akan merasa sakit dan menangis karena pedihnya penderitaan yang kita alami. Tetapi hati kita merasakan kenikmatan, jika kita sabar dan mengharap pahala dari Allah. Walaupun rasa sakit mengerogoti, kita merasakan kelezatan pahala dan ampunan atas dosa-dosa kita.

Manusia yang paling ujiannya adalah pada Nabi. Nabi Ayyub a.s. mendapat ujian dari Allah, yaitu mewafatkan semua anaknya yang berjumlah sebenyak 14 orang, dan menimpakan penyakit yang mengerikan selama 18 tahun. Namun beliau tetap sabar.

Kita akan melihat kebanyakan orang bersabar tatkala ditimpa musibah. Namun ketika Allah membukakan pintu kenikmatan dunia, merekapun terjerenbab dan tak sanggup bersabar. Kita sering tidak sadar ujian berupa kesenangan adalah ujian yang membutuhkan kesabaran. Ujian berupa musibah ini adalah sangat nyata dan jelas. Oleh karena itu, jika kenikamatan datang kepada kita, maka bersyukurlah kepada Allah. Jika musibah menimpa kita, maka bersabarlah.

Kedua adalah sabar menghadapi kemaksiatan. Kesabaran menghadapi kemaksiatan dapat membuat kita melakukan hal-hal yang luar biasa, misalnya sebagian orang tidak pernah membayangkan bahwa dia akan meninggalkan merokok. Setelah 40 tahun merokok dia akan dapat meninggalkannya, jika dia bersabar.
Kisah Nabi Yusuf a.s. dapat kita jadikan sebagai teladan tentang urgensi kesabaran menghadapi kemaksiatan. Pengasingan beliau selama 20 tahun, kebencian saudara-saudaranya, dilemparkannya beliau ke dalam sumur, fitnah perbudakan yang menyebabkan beliau menjadi budak, fitnah dari seorang isteri raja, dijebloskannya beliau ke dalam penjara selama 9 tahun, dan akhirnya fitnah harta, pangkat, dan jabatan. Namun Nabi Yusuf a.s. tetap bersabar. Kisah tersebut dapat menjadikan diri kita kuat dan jiwa kita bebas dari penjara syetan yang menyesatkan.

Ketiga adalah sabar menjalankan ketaatan. Adapun yang termasuk contoh bentuk kesabaran menjalankan ketaatan ini adalah ketika kita mampu mentransfer kesabaran mengerjakan sholat, khususnya sholat malam kepada orang tua, saudara, suami atau isteri kita. Contoh lain adalah manakala kita bersungguh-sungguh bersahabat dengan orang-orang soleh dan menjauhi teman-teman yang buruk.

Kisah Nabi Ibrohim a.s. tatkala Allah memerintahkan untuk menyembelih Ismail a.s. anaknya melalui mimpi, adalah satu-satunya contoh kisah yang menggambarkan kesabaran menjalankan ketaatan.
Sesungguhnya derajat tertinggi dalam mengerjakan ketaatan adalah manakala kita bersabar atas musibah yang menimpa kita di jalan Allah. Ini adalah kedudukan para Nabi.

Dari ketiga jenis kesabaran yang telah dijelaskan di atas terdapat sosok yang dapat sabar menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian, menghadapi segala bentuk kemaksiatan, dan menjalankan ketaatan kepada Allah, yaitu baginda Nabi Muhammad s.a.w.

Allah mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kemenangan bagi agama dan pertolongan bagi kaum muslimin, kecuali dengan kesabaran. Oleh karena itu, jika mengadapi musibah, maka bersabarlah. Jika menghadapi maksiat, maka bersabarlah. Dan jika menjalankan ketaatan kepada Allah, maka bersabarlah. Karena sabar itu tidak ada batasnya.

3 Tanggapan:

Yudi Wahyudin Saputra mengatakan...

InsyALLAH. .

Unknown mengatakan...

yudi @ BISMILLAH.. :-D

Unknown mengatakan...

moga manfa'at

Posting Komentar

Mohon Di Isi